Tidak Percaya Diri

Balajar dari cerita Mahabharata. Suatu ketika Drona, seorang resi guru para Pandawa, berkata pada anaknya Aswatama: ‘Ketika Duryudana meminta dukunganmu berarti ia tidak percaya diri.’ Ucapan ini tepat sekali. Demikian pula ketika orang menuduhkan kejahatan pada orang lain karena menghina keyakinannya, mereka sesungguhnya sedang tidak percaya diri.

Kita bisa melihat di sekitar kita saat ini. Peristiwa mengatakan orang di luar keyakinan atau kepercayaannya melakukan penodaan terhadap keyakinan atau kepercayaan yang dianutnya merupakan pertanda bahwa dirinya tidak percaya bahwa yang diyakininya adalah paling baik.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Orang seperti ini dapat dipastikan tidak melakukan aturan keyakinannya seutuhnya. Ia hanya suka mengambil yang enak dan nyaman bagi syahwatnya. Syahwat bukan berkonotasi sempit, tetapi keinginan nafsu yang menyangkut seluruh kenyamanan indranya.

Sumber Baik

Tiada satupun yang disebut sebagai utusan Sang Maha Sumber Kebaikan meninggalkan ajaran yang tidak baik. Karena mereka melakoni secara utuh yang diajarkan atau ditinggalkan. Penyakit manusia pada umumnya adalah hanya mengambil yang dirasakan nyaman bagi indrawinya. Mereka ini pemuja syahwat, nafsu kenyamanan indrawi.

Para utusan yang membawa kabar kebebasan memiliki keyakinan utuh tentang dirinya. Para utusan sadar sepenuhnya bahwa mereka bukan berasal dari dunia. Tubuh yang ditempati hanya bertahan di dunia. Karena memang tubuh dibentuk dari benda dunia. Oleh karenanya merupakan hukum keselarasan alam bahwa yang berasal dari dunia juga harus dikembalikan di dunia.

Para Pemuja Syahwat

Kesadaran para utusan tidak sepenuhnya dijalani oleh para pengikutnya, mengaku pengikut yang benar. Bila mereka yakin bahwa kelompok ini benar-benar pengikut sejati, maka mereka akan menyadari dan melakoni penuh apa yang disampaikan oleh yang diikutinya. Bahkan mereka pun sesungguhnya tidak tahu pesan yang disampaikan oleh pembawa pesan dari Sang Maha Sumber. Inilah ketidaktahuan yang menciptakan penderitaan

Tampaknya membela yang diyakininya, tetapi dibalik semuanya itu, ia membela syahwatnya. Membela kenyamanan indranya. Mau bukti???? Silakan perhatikan dan renungkan, mereka yang berteriak keras seakan membela dapat dipastikan senang dipuja egonya, suka kemewahan dunia, dan suka jika banyak orang menjadi pembela dan pengikutnya. Kekuasaan adalah dewa yang dipujanya. Ketika mengahdapi masalah sebagaimana ia memperlakukan orang lain, ia lari ketakutan. Ia tidak percaya diri. Maka ia lari dari perbuatannya…

Bila orang yang tidak memiliki rasa percaya diri diikuti, bagaimana kualitas yang mengikutinya??? Kita bisa melihat dan belajar dari pengikut Duryudana, para Kaurawa yang hanya mengandalkan jumlah. Tetapi tetap saja kalah. Karena yang dipuja syahwatnya….