Seseorang yang dalam keadaan putus asa sesungguhnya ia hidup di masa lalu. Seorang yang berputus asa berarti putus harapan. Mengapa ia putus harapan? Banyak hal penyebabnya. Misalnya seseorang yang ditolak cintanya. Ia putus harapan karena keinginan untuk memiliki seseorang yang dicintainya gagal. Kegagalan untuk mendapatkan kekasih agar dapat menjadi pendamping hidup membuatnya hidup di bayangan masa lalu.

Hal tersebut di atas yang saya maksudkan hidup di masa lalu. Ia terjebak pikirannya di peristiwa yang sudah lalu. Kekecewaan, kemarahan, dan kegelisahan membuat kita hidup di pikiran masa lalu. Kecemasan menajadikan orang takut dan gelisah. Saat itu pikirannya berada di masa depan. Ia tidak hidup di masa kini atau kekinian. Pertanyaan selanjutnya, apakah ciri bahwa kita hidup di masa kini?

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Seseorang yang hidup di saat ini atau kekinian tidak bisa dikatakan. Jika ada seseorang yang berkata: ‘Aku hidup di kekinian’. Perkataan dia tidak bisa dipercaya. Saat ia berkata demikian, sesungguhnya beberapa detik sudah lewat akibat ucapannya. Ia sudah berada beberapa detik ke depan.

Kekinian tidak bisa diucapkan, hanya bisa dirasakan. Seseorang yang hidup di kekinian hanya bisa dibuktikan dalam perilaku. Seseorang yang hidup di saat ini adalah seseorang yang senantiasa bisa bersyukur. Seseorang yang hidup dalam keceriaan dan kebahagiaan.

Tidak satupun manusia yang hidup di masa kini dalam keadaan sedih. Kesedihan dan putus asa hanya di alami oleh seseorang yang selalu berpikir akan kegagalana masa lalu. Selain itu juga, mereka yang tidak bisa memaafkan sesungguhnya hidup di masa lalu. Mereka senantiasa berpikir tentang peristiwa yang menurut pandangannya sangat merugikan dirinya. Ia sangat menyesali peristiwa tersebut. Saat seseorang berpikir demikian, ia terjebak di lorong kegelapan masa lalu. Ia tidak beranjak atau bergerak dari pikiran yang sudah lampau. Ia tidak berkembang. Ia berada di titik stagnant.

‘Seorang lemah tidak dapat memaafkan.

Kemampuan untuk memaafkan hanya ada pada mereka yang kuat..

Bila pencungkilan mata dibalas dengan mencungkil mata,

seluruh dunia akan menjadi buta.’

(Be The Change! by Anand Krishna, www.booksindonesia.com)

Mereka yang berada di masa lalu adalah orang yang lemah. Ia tidak memiliki kekuatan untuk memaafkan atau berdamai dengan dirinya sendiri. Padahal, sesungguhnya dalam diri setiap insan memiliki kekuatan ilahiah. Bukankah ada ayat dari kitab suci menyebutkan: ‘Tuhan lebih dekat dari urat lehermu’. Dalam Injil juga Jesus pernah berkata: ‘Aku dan Bapaku satu adanya’. Artinya Tuhan dan manusia atau diri kita tidak ada keterpisahan. Bagaimana kita tahu?

Kita bisa tahu bahwa ita hidup dalam Tuhan bila dan bila kita hidup dalam kekinian. Seseorang yang hidup dalam kekinian adalah orang yang senantiasa bersyukur atas segala sesuatu yang ada pada dirinya. Ia bersyukur atas kesehatan dan keselamatan yang saat ini dirasakan. Ia bersyukur bahwa ia masih bisa bernafas. Syukur adalah energi ilahi yang maha meyembuhkan. Sat kita dalamkeadaan bersyukur, dalam tubuh kita terbentuk hormon yang disebut: ‘Beta endorphin’. Hormon yang menyehatkan tubuh…

 

Solusi

Ajak orang tersebut memperhatikan nafas. Semudah itu? Jangan meremehkan. Sulit sekali kita duduk diam dalam waktu 10 – 20 menit bisa memperhatikan nafas terus menerus. Silakan coba….

Karena dalam praktiknya, seseorang hanya bisa bertahan untuk memperhatikan nafas 1-2 menit, setelah itu ia kembali terhanyut oleh pikirannya. Akibatnya??? Ia kembali ke masa lalu. Atau kembali pada rasa kecemasan yang akan terjadi di masa depan.

Saat seseorang bisa duduk dengan mata terpejam dengan terus perhatiannya fokus pada nafas, ia sedang terhubung dengan Tuhan. Nafas adalah jembatan penghubung kita dengan Tuhan. Sat bisa fokus terus memperhatikan nafas, kita hidup dalm kekinian. Dan Tuhan hanya eksis di saat ini.

Adakah cara lain???

Ada..

Ajak orang tersebut tertawa. Tertawa berarti kita dalam keceriaan. Keceriaan hanya ada di masa kini. Keceriaan adalah wujud rasa syukur. Seseorang yang hidup di masa lampau tidak bisa ceria dan bahagia. Jangan tunggu bahagia baru tertawa, tetapi tertawalah agar bahagia. Dan saat itu ia dalamthap proses penyembuhan. Ia diberkahi oleh kekuatan Ilahi. Dalam dirinya mengalir energi kehidupan. Energi ilahi…..