Cara Pandang Yogi
Cara pandang Yogi adalah pola pikir atau anggapan bagi para Yogi. Yogi adalah pelaku Yoga, bisa dibaca di sini. Bagi para yogi, semua benda bernilai sama. Tidak ada yang lebih baik dalam peningkatan kesadaran atau evolusi pola pikir.
Dalam buku Bhagavad Gita by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com:
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
“Dengan pengetahuan sejati (jñāna) tentang Diri (Jiwa) dan pengetahuan tentang alam benda (vijñāna) yang dimilikinya, seorang Yogi tidak tergoyahkan oleh keadaan-keadaan di luar diri. Dengan segenap indranya terkendali, bagi dia, tanah, batu, dan logam mulia adalah sama. Demikian, ia mencapai kesempurnaan diri.”
Anggapan dan Realita
Anggapan adalah keadaan cara berpikir. Realita adalah kenyataan hidup. Seorang Yogi memiliki anggapan bahwa semua benda adalah ‘carbon based‘. Bila dikatakan anggapan berarti cara pandang. Seorang Yogi tidak lagi terpengaruh keadaan atau situasi di luar diri. Namun bukan berarti mereka buta terhadap nilai benda bagi kehidupan manusia. Nilai bergantung pada hukum permintaan dan ketersediaan. Bila demand tinggi dan supply rendah, maka nilainya akan naik.
Sebagai contoh, bisa saja seorang Yogi menganggap batu dan emas memiliki anggapan keduanya sama. Namun, ia tidak menutup mata bahwa emas memiliki nilai lebih berharga daripada batu. Dan selisih nilai atau harga ini bisa ditukarkan sesuatu yang maman dibutuhkan dalam kehidupan alam benda.
Dalam kenyataan hidup atau realita kehidupan duniawi, seorang Yogi memahami mana yang lebih mulia bagi dirinya. Keterikatan terhadap benda yang menurut masyarakat umum berharga akan membuat dirinya menderita. Ini disadarinya berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari manusia di sekitarnya. Banyak orang menderita akibat anggapan bahwa emas atau harta sebagai tubuna hidup.
Transformasi cara pandang
Inilah tujuan keberadaan manusia di muka bumi. Transformasi cara pandang. Selama kita tidak bisa mengubah cara pandang terhadap suatu benda, kita akan menderita. Bila kita anggap bahwa perolehan harta dunia adalah tujuan kita sekolah, maka kita akan menderita bila pada akhirnya gelar kita tidak menghasilkan uang banyak. Dan cara pandang umumnya sekolah seperti ini. Maka kita bisa melihat hasil pendidikan saat ini. Banyak orang bergelar berderet, namun melakukan tindakan yang nista. Tindakan yang merugikan banyak orang.
Seharusnya, transformasi cara pandang ini diajarkan pada pendidikan sejak dini. Bila penanaman nilai-nilai kemanusiaan dilakukan dengan repetitive dan intensive, dipastikan akan membuahkan hasil yang baik. Hal ini terjadi karena memang cara kerja otak demikian. Pengulangan secara intens. Inilah kemuliaan Peradaban Sindhu, Shinto, Hindu, Indus, India, dan Hindia. Peradaban kita warga bumi.
Mengangkat atau membangkitkan nilai kemanusiaan dalam diri manusia adalah tujuan utama pendidikan. Ini selaras dengan tubuna utama kelahiran manusia di bumi. So, bila tujuan mendirikan sekolah tidak selaras dengan tujuan utama kelahiran di muka bumi, maka tidak akan terjadi transformasi cara pandang,