Banyak orang yang memberikan penafsiran keliru tentang Yoga. Bahkan sebagian lembaga keyakinan melarang umatnya untuk mengikuti yoga. Mereka yang melarang untuk mengikuti yoga bisa dikatakan ada kebenarannya. Mengapa???

Karena memang sebagian besar atau kebanyakan orang belum mengetahui tujuan sebenarnya dari Yoga. Hanya buku inilah yang memberikan pemahaman Yoga secara tepat. Yoga bukanlah gerakan jungkir balik dengan kaki di atas dan kepala dibawah. Seseorang yang melakukan yoga sebatas untuk kesehatan bukanlah seorang Yogi atau pelaku yoga. Jika mereka menganggap Yoga gerakan sebatas untuk kesehatan sama saja penganalogian menggunakan pesawat udara menjadi mobil yang hanya dijalankan di jalan darat. Tidak sebagaimana tujuan Yoga yang dijelaskan oleh Resi Patanjali dan yang dimaksudkan dalam Kitab Bhagavad Gita dan Kitab Yoga Sutra Patanjali.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dalam buku Yoga Sutra Patanjali yang diulas secara apik oleh Anand Krishna memberikan penjelasan secara rinci makna dari Yoga.

Tujuan utama Yoga adalah ‘mendaur ulang’ Mind , atau gugusan pikiran dan perasaan. Hasilnya adalah Buddhi– intelegensia, kemampuan untuk memilah antar tindakan, ucapan, pikiran serta perasaan yang tepat dan tindakan, ucapan, pikiran serta perasaan yang tidak tepat. Kemampuan inilah yang bisa membuat kita sehat jiwa dan raga.

(Yoga Sutra Patanjali by Anand Krishna)

Jika telah memahami tujuan utama Yoga seperti ini, apakah masih valid jika ada lembaga keyakinan tertentu melarang untuk melakukan Yoga?

Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi para pemikir dalam lembaga tersebut jika mesih melarang seseorang melakukan Yoga untuk mentransformasi gugusan pikiran yang hanya memikirkan masalah duniawi menjadi pola pikir intelegensia atau Buddhi. Intelegensia berarti kecerdasan ilahi. Pola pikir yang berlandaskan bagi kepentingan masyarakat secara umum. Dengan berkembangnya Buddhi dalam diri seseorang akan mendorong dunia dalam keselarasan atau keharmonisan global.

Suatu keharmonisan berlandaskan kasih dan sayang. Bukankah ini sifat utama Tuhan atau Allah Atau Hyang Widhi atau pun Ahuramazda? Semua satu adanya. Hanya nama yang berbeda untuk barang yang sama.

Di Padepokan Anand Ashram yang beralamatkan: Blok H-10 No. 1 Jalan Sunter Mas Barat 2E Kelurahan Sunter Jaya, Tanjung Priok,  Jakarta Utara (14350) semua kegiatan bertujuan untuk mendaur ulang atau mentransformasi mind menjadi Buddhi atau intelegensia. Dalam rangka Transformasi inilah manusia lahir. Yang menjadi pertanyaan adalah:

‘Mengapa manusia harus lahir?’ atau

‘Apa penyebab kelahiran manusia???’

Dalam buku di atas, semua diuraikan secara jelas. Klessa atau duka-derita adalah penyebab kelahiran manusia. Saat manusia menjelang kematian, alam semesta akan memberikan kilas balik kehidupan selama di dunia. Bila dan bila ia merasa menderita, bibit derita ini akan mendorong kelahiran manusia lahir kembali. Penderitaan terjadi ketika ada keinginan yang tidak terpenuhi.

Bibit atau citta duka dalam mind atau gugusan pikiran dan perasaan menjadi bahan utama manusia lahir kembali. Realitanya adalah bahwa setiap insan lebih bisa mengingat rasa duka daripada rasa suka. Jika tidak percaya, dipersilahkan membuat list yang terdiri dari pengalaman suka dan duka. Ingatan atau memori duka akan lebih tergores dalam daripada pengalaman suka. Mengapa???

Karena memang manusia lahir oleh sebab duka. Sehingga tidak pelak lagi bahwa ingatan akan duka lebih mudah tertanam dalam ingatan atau memori seseorang.

Berlandaskan akan hal ini, sesungguhnya keberadaan manusia di dunia adalah dalam rangka menghabiskan hasil akibat masa lalu. Jika mau usai menjalani kehidupan di dunia ini agar bisa menyatu dengan Sang Jiwa Agung, janganlah menciptakan sebab baru berupa penderitaan.

Semua penjelasan bagaimana melampaui dunia bendawi diulas secara lengkap dalam buku Yoga Sutra Patanjali ini.