Candala

Candala adalah profesi yang disebutkan oleh leluhur kita yang sebaiknya dihindari. Atau bila terpaksa pun hanya sekedarnya, tidak terlalu sering berhubungan.

Bukan tidak beralasan pesan para leluhur kita yang dituliskan dalam beberapa buku; Salah satunya adalah Dvīpāntara Yoga Śasāstra by Anand Krishna:

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Ada 5 jenis candala: Para Pedagang arak, tukang emas tukang jagal, pembunuh, tentara bayaran, penjual barang-barang mewah, tukang cuci, dan pembuat pot dari tanah liat (Ringkasan)

Arti

Dalam buku yang sama candala biasanya diterjemahkan sebagai kaum buangan, lahir dari kaum rendahan. Namun demikian, bila kita bisa memahami lebih dalam lagi berkailan dengan peningkatan kesadaran, maka nasehat leluhur bisa diterima.

Satu hal yang patat dicatat adalah bahwa tidak memberikan konotasi negatif pada profesi di atas. Profesi adalah pikiran kita. Yang patut dipertimbangkan adalah ‘Apakah profesi yang kita pilih merugikan makhluk lain atau tidak?’

Kita ambil contoh profesi tukang jagal hewan. Dengan melakukan penyembelihan hewan kita juga menyakiti makhluk hidup lain. Dalam semua kitab peninggalan para suci disebutkan: ‘Bila kau tidak mau disakiti, janganlah menyakiti’. Tetapi itu hanya profesi….

Sebagaimana disebutkan terdahulu, profesi adalah pikiran kita. So, bila kita bisa mengganti profesi yang tidak perlu menyakiti makhluk hidup lainnya, ya mari kita pindah pekerjaan.

Pengaruh Pergaulan

Hindari bergaul dengan mereka yang berprofesi tidak menunjang evolusi kesadaran kita. Tentu yang harus diingat adalah bahwa kita yang hidup saat ini sedang dalam perjalanan suci. Tubuh kita ibarat kendaraan, penumpang tunggalnya adalah sang jiwa. Selain jiwa ada astral hal halus yang dikenal sebagai roh.

Terus terang maksud dari sang jiwa berada dalam tubuh, yang jelas seakan sang jiwa terjebak dalam tubuh kasar serta halus. Kemudian dengan kendaraan kasar dan halus, ia melakukan perjalanan suci untuk kembali ke asal-muasalnya. Ia terjebak dalam penjara keterikatan duniawi. Untuk kembali ke asal mulanya, sang jiwa lahir kembali dengan segala perangkat keterikatannya.

Keterikatan kita pada dunia dipengaruhi oleh pergaulan. Bagaikan besi berdekatan dengan magnet. Semakin lama dekat dengan magnet, si besi juga bisa menjadi atau bersifat seperti magnet. Demikian juga dengan emosi serta pikiran kita. Tanpa disadar sifat asli kita akan tertarik atau transformasi. Karena sifat asli yang kita miliki, ketertarikan ke alam rendahan terjadi lebih mudah daripada ke atas atau alam kemuliaan.