Tiada seorangpun yang sungguh-sungguh ateis. Seorang yang menyatakan diri ateis sesungguhnya tetap membutuhkan Tuhan. Tanpa ada obyek Tuhan ia tidak bisa menyatakan diri tidak bertuhan. Semua hanyalah istilah dalam konsep kebingungan manusia.

Saat ia berkata tidak ada Tuhan, ia telah mengakui adanya Tuhan terlebih dahulu. Kemudian demi gengsi agar tampil beda ia berkata tiada Tuhan. Obyeknya hanya satu. Tuhan. Ia tidak berbahaya karena dengan tidak mengakui adanya Tuhan justru ia bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatannya sendiri. Yang lebih berbahaya justru mereka yang mengaku bertuhan. Karena mereka merasa membela dan merasa bertindak benar. Seakan mereka yang paling suci dan bertuhan.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Kentut bahkan masih lebih spiritual. Mungkin tidak percaya. Mereka yang kentut bisa dikatakan tidak bermoral menurut ukuran manusia. Tetapi tanpa kentut orang bisa sakit. Bayangkan mereka yang bau saja melakulan operasi sering dipaksa melakukan kentut. Jika tidak sangat berbahaya karena angin tidakbisa leluar. Dari hasil penelitian, kentut juga bermanfaat untuk membunuh kuman tertentu.

Sebaliknya ada kelompok tertentu yang mengaku bertuhan melarang manusia sesamanya beribadah menyembah Tuhan. Kelompok ini seakan tidak mengakui orang lain untuk melakukan ibadah persembahan kepada Tuhan yang sama. Kelompok ini mengaku bermoral. Moral menurut ukuran manusia senantiasa berubah. Sangat berbeda dengan spiritual.

Spiritual bermakna segala sesuatu tindakan selaras dengan alam. Manusia kentut boleh tidak bermoral tetapi spiritual selama ia melakukan tidak mengganggu kenyamanan orang atau sekitar. Tindakan pelarangan orang beribadah bermoral menurut kelompoknya tetapi tidak alami. Bukan perilaku spiritual.

Kembali pada teis dan ateis. Ke duanya berbicara obyek yang sama. Tuhan. Hanya bedanya yang satu mengiyakan dan yang lain menidakkan. Bukti bahwa yang dilakukan sesuai yang diucapkan adalah apresiasi terhadap sesamanya. Jika perilakunya menunjukkan penghargaan terhadap sesama, benar ia bertuhan. Namun sebaliknya, jika dalam perbuatannya ia tidak menghargai sesama berarti ia hanya omong doang dengan mengaku seorang teis.