Tepukan Satu Tangan, Sambutan Tangan Lain Membuat Gema Jauh Lebih Dahsyat, Balasan Dari Dia Hyang Maha Membahagiakan

Tepukan satu tangan, apa mungkin?

Pada umumnya yang kita kenal adalat tepukan dua tangan, sehingga untuk memahami makna bertepuk sebelah tangan, kita mesti memahami arti kebahagiaan yang sesungguhnya terlebih dahulu. rasa bahagia tidak butuh orang lain, rasa kebahagiaan itu sudah ada dalam diri kita.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Sebelumnya, saya tidak memahami makna kata ini. Dari para bijaklah, kita belajar bahwa makna sesungguhnya dari kebahagiaan, yaitu ketika kita bisa melihat orang lain bahagia (Soul Awareness by Anand Krishna). Bahagia bukan karena senang melihat orang lain susah (SMS). Ini penyakit dari kita pada umumnya. Mau bukti?

Silakan buka sosmed/media sosial tempat banyak orang melepaskan emosinya. Di tempat seperti ini, dengan mudah menarik orang utuh memaki dan berceloteh semaunya merupakan lahan subur bagi yang sukar memahami makna kata bertepuk sebelah tangan. Tampaknya mereka sangat bangga dan senang bila bisa mem-bully atau merundung orang lain, sama sekali lupa bahwa kemuliaan ilahi ada dalam dirinya sendiri. Ini terkait erat dengan..

Tepukan satu tanganKesucian Para Suci

Kesucian para suci bukan dilihat dari cara berpakaian sebagaimana yang menjadi trendi di era penuh kepalsuan seperti sekarang ini. Banyak orang memahami kesucian atau kebaikan hanya dari tampilan luar. Bahkan bila ada orang sadar bahwa tampilan luar hanya cara untuk bersensasi ria dianggap bukan golongan atau kelompoknya. Bukan hanya pakaian, tetapi cara ritual pun menjadi ajang berpamer ria. So, banyak orang mengalami kerugian karena sebenarnya akibat ulahnya sendiri. Karena cara pandang dari tampilan luar saja, sesungguhnya telah membuktikan bahwa orang tersebut belum melihat atau memahami tentang keindahan ilahi di balik tampilan.

Kitab suci tidak bisa membuat seseorang menjadi suci.Apalagi banyak orang begitu memuja kitab suci, seakan kitab suci bisa membuat seseorang yang  tanpa melakoni yang tertulis dalam kitab suci berhasil membuat dirinya suci. Hal ini bukan hal baru, sebagaimana yang disampaikan oleh Sang Pembawa Pesan, maka kita tidak menjadi suci hanya dengan meng-agung-agungkan kitab tersebut. Semua warisan para suci yang terkandung memiliki satu pesan sama yang bersifat universal: “Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan’

Bahagia

Bila kita masih memaknai bahwa ketika keinginan kita terpenuhi kemudian kita merasa bahagia, maka kita belum memahami makna kebahagiaan. Terpenuhinya keinginan hanyalah merupakan kelegaan atau rasa senang yang merupakan luapan emosi. Ingatlah teman, hasil penelitian membuktikan bahwa emosi merupakan reaksi kimia yang hanya berlang selama 20 detik, tetapi bisa menjadi bahaya bila kita berkepanjangan terjebak emosi. Emosi bisa diartikan sebagai ‘Energy ini motion’  energi yang tidak permanen, tetap.

Bertepuk sebelah tangan berarti kita tidak membutuhkan tangan lainnya untuk menimbulkan suara kebahagiaan. Rasa kesenangan membutuhkan pemenuhan atas adanya keinginan. Perasaan ini terjadi bila kita bisa melakukan perbuatan yang bisa membuat orang lain bahagia. Kita bertepuk sendiri, dan alam mungkin bisa dianggap sebagai Tuhan membalasnya. Bukan orang yang kita layani tersebut membalas perbuatan kita.

Para suci hanya bersandar pada Dia yang ada dalam diri sendiri. Sejatinya rasa bahagia sudah ada dalam diri kita. Rasa bahagia yang tidak membutuhkan pasangan bisa terjadi bila menyadari bahwa Dia Yang Maha Membahagiakan bertahta dalam diri kita. Dia tidak berada jauh di atas atau di bawah sana. Dia berada di dałam hati kita, dan tepukan kita pun dibalas oleh-Nya yang ada dalam diri kita.

Oleh karena itu carilah kebahagiaan dengan cara masuk ke dalam diri. Kebahagiaan terjadi bila hijab keinginan-keinginan tersingkap sehingga yang kita lihat hanyalah Dia Yang Maha Indah…..