Menyambung tulisan ini, semakin dalam perenungan saya. Sebagai dilakukan para suci, nabi, avatar serta rasul sebagai utusan Nya, mereka sadar bahwa tubuh adalah rumah Nya. Perlakuan tindakan kekerasan terhadap tubuh sama dengan menyakiti atau merusak rumah Nya. Ini pernah disampaikan oleh seorang rasul Nya, ‘Tuhan lebih dekat dari urat lehermu’.
Tidak ada keterpisahan antara tubuh yang diwakili oleh kata urat leher dan Tuhan. Mengenang masa lalu saya. Saya dula menyukai hal yang bersifat fisik. Ingin kebal supaya bisa diakui kekuatannya oleh orang lain. Ingin bisa memiliki pukulan yang hebat sehingga bisa mengalahkan lawan. Dan lainnya yang tujuan akhirnya adalah kekuasaan. Kekuasaan secara fisik. Untuk mendapatkan hal tersebut, saya harus melakoni puasa dan laku atau ritual lainnya. Yang lebih paras lagi, padang kita harus menyakiti makhluk hidup lainnya sebagai tebusan atau istilahnya tumbal.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Melakukan puasa dengan terpaksa atau tidur hingga melewati tengah malam atau bahkah tidak tidur satu hari satu malam sesungguhnya merupakan tindakan kekerasan terhadap tubuh sendiri. Sebagaimana hasil penelitian para ahli kesehatan bahwa tidur atau waktu paling baik istirahat adalah di antara jam 23.00 – 03.00. Dari hasil penelitian terbukti bahwa saat itu terjadi proses pengolahan dalam tubuh atau pencernaan kita terhadap makanan yang kita telan. Oleh karenanya, bila saat itu tubuh tidak diistirahatkan alias tidur, kita mengganggu proses atau mekanisme tubuh.
Mata terbuka, pikiran juga jalan. Pandangan kita melalui mata berkaitan erat dengan pikiran. Bila mata terbuka, dengan sendirinya pikiran juga berjalan. Bila pikiran bekerja, organ dalam tubuh kita juga terganggu. Ada hubungan erat antara otak dan organ tubuh. Sebagaimana kita ketahui bahwa penyakit tertinggi di kota besar saat ini adalah stres. Tidak disangkal bahwa ketika stres terjadi pada seseorang, organ dalam dapat dipastikan terganggu.
Dalam suatu buku yang pernah saya baca, dikisahkan bahwa sang jagoan memiliki kemampuan luar biasa. Bisa jalan di atas air. Bisa membaca pikiran, dan kekuatan fisik serta psikis lain yang mengagumkan. Namun sayangnya, ia juga tidak mendapatkan kebahagiaan ketika bisa mengalahkan lawannya. Bahkan lebih parah lagi, ia selalu mencari lawan untuk bisa dikalahkan. Ia amat sangat gelisah bila masih ada lawan belum terkalahkan. Saat bisa mengalahkan satu, lawan tersebut berupaya untuk balas dendam. Demikian terus menrus, dimana letal ketenteraman?
Mari kita lihat kata bijak dari buku This is Truth That too is Truth by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com:
Energi fisik, mental, dan emosional yang Anda miliki tidaklah tak terbatas. Semuanya bisa habit. Jika Anda menghabiskan semua energi tersebut pada kecemburuan, keserakahan, arogansi, dan lain-lain, Anda tidak akan memiliki energi tersisa untuk apapun yang kreativ ataupun indah.
Jika saja Anda bisa meaghubungkan diri Anda dengan Sumber Energi Universal, Anda tidak akan pernah kekurangan energi. Namun, hubungan semacam itu hanya mungkin jika Anda melepaskan mind (gugusan pikiran dan perasaan) Anda yang tercemar ego.
Keserakahan untuk menang dan menguasai lawan berasal mind yang tercemar oleh ego. Inilah yang disebut intelektual. Adakah mind yang tidak tercemar ego? Ada. Saat intelektual bertransformasi menjadi intelejensia. Mind yang tercemar ego harus dilepaskan. Sesungguhnya bukan dilepaskan, tetapi ditransformasikan. Oleh siapa?
Pertanyaan yang menarik. Tidak mungkin oleh orang lain atau bahkan oleh seorang guru bila tidak ada upaya penyerahan diri. Penyerahan diri berarti mau mengikuti serta menjalani petunjuk yang diberikan. Ya, transforms hanya bisa terjadi bila ada grace atau berkah dari seorang True Master atau Sad Guru. Segala latihan hanyalah upaya untuk membersihkan mind yang tercemar oleh ego. Setelah itu, baru terjadi transformasi secara alami.
Segala bentuk ritual untuk mencari kedigdayaan serta kesaktian senantiasa berkaitan dengan tindak kekerasan terhadap fisik maupun mental. Namun sesungguhnya itu semua hanya keinginan mind yang tercemar oleh ego. Sehingga hal ini menutup diri kita terhadap keterhubungan dengan Sumber Energi Universal.