Tiga sifat utama manusia adalah: tamas atau tumpul. rajas atau tajam, dan satva atau tenang.

Seorang pecinta atau Tamasic tampak sangat dinamis. Aktif, sibuk dengan ritual-ritual keagamaan. Tidak mengenal lelah.Disuruh bangun tengah malam, mau. Disuruh apa saja, siap. Tetapi harus ada yang memberitahunya. Dia harus diatur, diurus. Kadang oleh buku, kadang oleh masyarakat dan hukum, kadang oleh seorang guru atau pemimpin.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dalam tradisi sufi, ada sebuah kata yang indah, yaitu Ijtihad atau upaya. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah upaya untuk menemukan sendiri Kebenaran Hakiki. Upaya untuk menemukan makna tersirat di balik yang tersurat. Pecinta Tamasic tidak pernah ber-ijtihad. Dia malas.

Dan untuk menutupi kemalasan diri, dia akan selalu mencari pembenaran: “Kami kan orang awam, manusia biasa. Mereka itu para ahli tafsir. Biar mereka yang menuntun kami.”

Thanks to Tamasic lovers dunia kita penuh dengn para calo. Mereka bisa berjubah “kepercayaan” apa saja. Mereka selalu siap mengantar ke pintu Surga, asal anda mengikuti petunjuk mereka.

Kerjasama antara para calo dan pembeli yang tidak capek ini sudah berjalan lama. Kehidupan para calo pun pun sudah mapan, sehingga bila disinggung sedikit mereka marah. Takut kehilangan bisnis.

Kelompok kedua adalah kelompok para pencinta Rajasic. Mereka tidak tumpul, tidak malas. Mereka cukup tajam dan berpengetahuan. They have very sharp minds. Itu sebabnya mereka sibuk melakukan kalkulasi. Menghitung laba rugi. Mereka tidak akan melakukan sesuatu yang tidak menguntungkan.

Mereka akan menafikan ritus-ritus dan tradisi lama “yang dianggap tidak berguna”. Dan mempertahankan apa saja “yang dianggap masih berguna”.

Bagi para pencinta Rajasic, segala sesuatu harus “berguna” – entah berguna bagi  mereka, bagi kelompok dan kaum mereka, atau bagi masyarakat luas – sesuai dengan “pandangan” mereka.

Itu sebabnya mereka bisa memaksakan kehendak diri, pandangan pribadi. Apa yang mereka “anggap” benar harus diterima olh masyarakat luas.

Bila memiliki kekuasaan, para pecinta Rajasic bisa menjadi tiran, kejam, keji. Mereka bisa menggunakan pedang dan memaksa anda untuk menerima kebenaran sebagaimana mereka definisikan; kebenaran sebagaimana mereka artikan.

Terakhir adalah para pencinta Satvic. Tenang dan cinta damai, para pencinta Satvic sangat persuasif. Metreka “ingin” didengar. Sedih dan kadang bisa kesal, apabila dirinya tidak didengar. Tetapi, seorang pencinta Satvic tidak akan memaksa anda, dan tidak kan mengangkat pedang.

Cinta mereka yang bersifat Tamas, bertujuan untuk memperoleh kenikmatan – apakah itu kenikmatan syahwat, hawa nafsu duniawi, atau apa yang kita sebut kenikmatan Surgawi, kenikmatan batin.

Itulah sebabnya mereka “sangat takut”. Kemudian rasa takut itu pula yang mendorong mereka untuk taat dan patuh pada anjuran kitab “sebagaimana mereka pahami”. Atau pada seorang pemimpin yang dianggap “cukup paham”.

Mereka tidak pernah tenang. Itu sebabnya ibadah atau sembahyang mereka juga tidak pernah khusyuk. Mereka sibuk memikirkan hasil akhir – yaitu kenikmatan.

Kedua adalah kelompok para pencinta Rajas. Para Rajasic Lovers. Mereka adalah penuntut ilmu. Sangat curious – mereka ingin tahu segala sesuatu. Apa yang dicintainya menjadi “obyek” penelitian. Dia akan membedahnya, membongkarnya demi kepuasan intelektual. 

Di balik itu, sesungguhnya dia ingin hidup bahagia. Dia ingin bebas dari penderitan. Dan dia akan bekerja keras untuk memperoleh kebebasan itu.

Terakhir adalah kelompok para pencinta Satvic. Mereka sadar bahwa kepuasan intelektual hanyalah “sebuah slogan”. Intelek tidak pernah puas. Sudah menguasai satu ilmu, dia ingin menguasai yang lain. Ini sebabnya para saintis tulen, para ilmuwan sejati – tidak pernah berhenti meneliti. Mereka tidak pernah puas.

 

Dikutip dari Narada Bhakti Sutra by Anand Krishna