Selama ini kita beranggapan bahwa seorang utusan Tuhan atau Allah seorang yang kalem dan damai. Damai dalam pengertian kita amat berbeda dengan pengertian damai bagi para utusan Allah atau Tuhan atau apa pun sebutan anda bagi Dia. Toh hanya satu jua sumber Nya.

Uraian secara lengkap ada di buku Chris of Kasmiris by Anand Krishna, www.booksindonesia.com. Dalam buku tersebut dikisahkan bahwa Jesus mengamuk di rumah ibadah. para pedagang menggunakan rumah ibadah sebagai pasar atau tempat berdagang. Yang unik adalah bahwa dalam rumah ibadah tersebut diganakan mata uang yang khusus. mata uang yang hanya berlaku di pasar yang berada di rumah ibadah.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

So, saat itu ada mata uang yang bergambar Kaisar Romawi, mata uang yan berlaku di tempat umum. Sedangkan mata uang yang dipergunakan berdagang di rumah ibadah tidak ada gambat atau ukiran kaisar. Mereka mengosongkan ukiran gambar kaisar. Seakan mata uang yang dikosongkan pada salah satu sisinya mewakili Tuhan atau Allah yang tidak berwujud. Tampaknya ada kelompok yang mengatas namakan mata uang tersebut sebagai koin milik Tuhan. Bagian kosong mewakili Tuhan yang non-wujud.

Yang aneh adalah bahwa mata uang tersebut terbuat dari perak murni. Benar-benar murni. Mata uang dinilai semaunya. Bisa saja satu dan pedagang lainnya menilai uang sesuai tafsiran si penjual. Nilai mata uang bisa naik atau turun sesuai keinginan si penjual. Dan para pembeli yang datang juga nyaman dan dengan senang hati berbelanja di tempat tersebut. Ada orang-orang yang berkegiatan sebagai penukar mata uang bergambar Kaisar dan mata uang khusus.

Pihak manajemen pasar berlokasi tempat ibadah secara resmi membayar pajak pemerintah. Keadaan ini berlangsung cukup lama. Kekaisaran membiarkan praktik ini, karena bagi pihak kaisar yang penting damai dan bayar pajak. Praktik seperti ini seakan pihak pemerintah juga memberikan ijin praktek yang sesungguhnya tidak benar. Suatu pembiaran seperti keadaan kita sekarang. Ada kelompok tertentu yeng membiarkan terjadinya kekerasan golongan tertentu terhadap minoritas.

Masyarakat diam, pemerintah juga tenang selama pembayaran pajak berjalan lancar.

Hanya Jesus, sang pemberontak melihat kejanggalan dari praktik perdagangan ini. Ia merasakan adanya suatu ketidak adilan dalam hal ini. Rakyat jelata ditindas tanpa merasakan. Ibarat kodok yang direbus secara perlahan. Si kodok tidak merasakan bahwa suhu air naik secara perlahan. Dan pada akhirnya si kodok mati dalam rebusan panci. Ia merasa nyaman saat pertama. ia tidak merasakan bahwa secara perlahan ia dibunuh.

Bukankah kita pun demikian? Saat kita nyaman dengan dunia dan merasakan sudah damai, kita lupa bahwa kelahiran kita di bumi bukan untuk menikmati kenyamanan indrawi. Ingat lah teman !!!!, diri sejati kita adalah jiwa atau soul. Bukan tubuh………..

Melihat kejanggalan ini, Jesus sangat marah dan menjungkir balikkan meja di rumah ibadah. Bukan kah dunia ini pun rumah ibadah kita? Rumah ibadah yang suci adanya. Dunia suci adanya. Pikiran atau anggapan kita saja ada bagian yang tidak suci. Suci atau tidak hanyalah persepsi pikiran kita. Bagi Dia yang Maha Suci atau pencipta, istilah kita, semua tempat suci. Bagaimana mungkin dari sesuatu yang suci bisa muncul atau diproduksi yang tidak suci?

Inilah penyakit kita. Kita bisa mengatakan penafsiran kita sendiri seakan kita Tuhan? Tuhan saja kita belum tahu, tetapi kita sering meng-atas namakan Tuhan. Betapa sesungguhnya kita tidak tahu, tetapi berlagak tahu. Silakan beri sebutan sendiri………

Tampaknya damai. Pemerintah diam melihat praktik di rumah ibadah yang menggunakan mata uang sendiri sesuai taksiran kelompok tersebut. Para pembeli dan pedagang dalam rumah ibadah itu pun damai dan semua kegiatan berjalan lancar tanpa ada keresahan.

Adalah Jesus seorang sudah sadar akan tjuan kehadiran di bumi memiliki kewajiban membangunkan mereka yang tertidur hanya mengurusi kenyamanan tubuh. Kenyamanan indrawi. Ada orang yang tertindas tanpa merasakan bahwa dirinya ditindas haruslah dibangunkan……..

Kita pun demikian saat ini. Kita sedang dalam kenyamanan perdagangan dunia. Mata uang kita dan luar sendiri-sendiri. Dan kita begitu nyaman dengan keadaan kita.

Damai bagi manusia secara umum membuat kebanyakan dari kita tertidur nyenyak. Lupa tujuan kelahiran kita……….