Kebahagiaan Sejati
Kebahagiaan Sejati bisa terwujud bila kita memiliki kebebasan dalam hal finansial, berhubungan atau bergaul secara bebas berlandaskan nilai yang luhur atau mulia. Nilai luhur atau mulia merupakan sifat Ilahi. Sifat mulia adalah sifat alam. Dan ini secara inherent ada dalam diri manusia. Hal ini terjadi karena dalam setiap insan ada percikan Jiwa Agung.
Kebahagiaan adalah tujuan dari setiap perbuatan kita. Yang jadi masalah adalah ketika kita belum bisa membedakan antara kebahagiaan dan rasa lega. Ya, ketika keinginan kita terpenuhi merupakan kelegaan, bukan kebahagiaan. Rasa bahagia sudah ada dalam diri kita. Yang dibutuhkan hanyalah membersihkan hijab yang menghalangi aliran energi Ilahi.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Peradaban Nusantara
14.000 an tahun lalu wilayah Shindu, sekarang ada di Pakistan, merupakan satu wilayah peradaban; Peradaban Hindu. So, tidak ada budaya impor dari India atau negara lain. Semua asli Nusantara. Salam dengan menangkupkan ke dua telapak tangan di depan dada sudah dikenal 8.000 – 10.000 tahu lalu. Banyak nilai kemuliaan yang terkandung; Silakan simak video di bawah ini:
Kehalusan warisan dalam bentuk bangunan candi merupakan bukti tingginya intelejensia atau budhi manusia leluhur kita. Oleh karenanya seharusnya kita tidak butuh suatu keyakinan atau kepercayaan impor. Ya, merekalah yang harus belajar dari nilai luhur yang ada di wilayas peradaban mulia.
Globalisasi
Kejayaan nusantara dicapai saat era Sriwijaya, bukan Majapahit. Perdagangan kita sudah meglobal. Bahkan sampai Madagaskar pelayaran yang dilakukan oleh nenek moyang kita. Lucunya, kita sekarang belajar globalisasi dari Barat yang baru mereka kenal 200 an tahun lalu. Ini artinya kita belum memahami sejarah. Yang kita pelajari hanyalah tahun, bukan belajar sejarah.
Kita mengabaikan warisan leluhur. Kita silau sesuatu yang menjauhkan diri dari Kebahagiaan Sejati. Dengan memahami dan meimplementasikan 4 pilar kunci Kebahagiaan Sejati, kita bisa hidup tanpa bergantung dengan tradisi yang bukan asli Nusantara.
Globalisasi bukan hanya luasnya wilayah perdagangan, tetapi cara pandang yang luas. Kita seharusnya tidak lagi berpikir secara terkotak. Sadarilah bahwa kita telah diracmuni sesuatu nilai yang lebbig rendag daraipada nilai luhur yang pernah ada di wilayas nusantara.
Dengan kata lain, sesungguhnya kita tidak mengalami pengembangan tetapi yang terjadi adalah pengkerutan. Sedangkan segala sesuatu yang mengkerut bersifat menuju kematian….
Itukah yang kita inginkan????!!!!!