Dosa terbentuk ketika terjadi keterikatan dalam diri manusia. Keterikatan terhadap benda keduniawian. Inilah yang menyebabkan kelahiran kembali ke dunia. Anda boleh percaya atau tidak tentang kelahiran kembali, itu hak anda. Realitanya adalah bahwa yang ada di bumi ini hanya satu. Perubahan. Tiada yang stagnant atau berhenti.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Kematian bukan titik akhir dari kehidupan. Badan kita berubah menjadi cairan dan di serap tanaman. Tanaman bisa saja kita makan dan tumbuh menjadi pembentuk badan. Inilah hukum kekekalan energi. Ruh atau spirit, hanya diam di suatu tempat beberapa saat dan karena masih ada keterikatan dengan benda dunia, ia mesti menyelesaikan hutang piutang. Inilah penyebabnya, dosa.
Apa yang menyebabkan dosa?
Nafsu keserakahan dan menganggap bahwa badan sebagai diri. Ia berbuat demi kepentingan diri, bukan demi kepentingan orang banyak. Pengutamaan kepentingan diri menyebabkan jiwa terbelenggu. Dan sebagai konsekuensinya, ia harus lahir kembali. Ia telah berbuat tidak tepat dengan mengutamakan kenyamanan badan.
Setiap anggota tubuh mesti bertanggung jawab atas perbuatannya. Karena si tubuh telah berhutang pada tubuh lainnya, konsekuensinya ia mesti lahir kembali untuk menerima akibat perbuatannya. Hukam sebab-akibat adalah hukum kekelan. Hukum ilahiah. Hukum alam. Tiada seorang pun bebas dari hukum Tuhan ini.
Sebagai ilustrasi adalah Ali, sahabat Baginda Rasul SAW.
Suatu ketika Ali berhasil mengalahkan musuhnya dalam suatu pertempuran. Di tangannya tergenggam pedang yang sudah siap ditusukkan pada musuhnya yang sudah dalam keadaan tidak berdaya. Saat itu, dalam ketidak berdayaannya, si musuh meludah pada Ali. Dan mengenai sebagian wajah beliau. Apa yang terjadi? Justru Ali membebaskan si musuh. Mengapa?
Sebelum di ludahi, Ali bertempur demi membela penegakkan Islam. Beliau berjuang bukan atas nama pribadi. Bukan karena nafsu pribadi. Beliau berjuang demi kepentingan umum. Tiada nafsu menguasai hati atau jiwanya.
Saat di ludahi wajah beliau, ia kemudian berpikir: “Jangan-jangan saya membunuh karena rasa kemarahan yang timbul karena di hina?” Kemudian beliau malah membebaskan musuhnya.
Beliau sadar bahwa jika membunuh karena kepentingan pribadi, karena merasa di hina, inilah dosa. Ia berbuat atas nama ego. Bukan karena kepentingan umum.
Sebaliknya jika tidak terjadi peristiwa peludahan, ia membunuh karena membela diri dalam suatu pertempuran membela negara. Ia melakukan perbuatan yang tepat. Bukan untuk membela kepentingan diri. Ini bukanlah dosa karena tidak melekat dalam jiwanya.
Memang tidak mudah untuk mencontoh Ali, namun Tuhan telah memberikan contoh nyata bahwa jika Ali bisa, kita juga bisa berbuat demi kepentingan orang banyak. Keinginan yang kuat. Will Power……..