Tidak mungkin suatu lokasi atau wilayah belum pernah didatangi avatar atau nabi memiliki budaya kearifan lokal yang luhur. Setiap wilayah di nusantara memilki kearifan lokal yang luar biasa. Kearifan lokal yang selaras dengan alam untuk melestarikan alam semesta.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Bumi ini bisa menjadi baik jika dan jika setiap individu bersedia mengakui atau menyadari bahwa keberadaannya di bumi untuk sembuh. Tanpa adanya kesadaran ini, tidak bakalan terjadi perubahan. Singkat kata, kesadaran untuk memperbaiki diri sendiri merupakan akar permasahan rusaknya tata kehidupan dunia atau buana.

Leluhur nusantara yang dalam hal ini diwakili oleh Sunda, telah memahaminya. Sedikit sekali atau bahkan tidak terlihat kesadaran atau pemahaman sejenis ini diperoleh dari budaya impor. Mengapa? Karena kebanyakan budaya impor yang eksis di negeri kita hanya mencari kesalahan orang lain. Daripada membahas budaya impor yang malah merusak suasana negeri, bukankah lebih elok bagi pikiran membicarakan budaya leluhur.

Ada tiga tahapan untuk mendukung tercapainya visi leluhur nusantara. Apakah visi leluhur kita? Memayu hayuning bawono. Inilah visi leluhur nusantara. Selalu berupaya melestarikan kesejahteraan dunia. Betapa tinggi visi leluhur kita. Mengapa hal ini ada? Karena leluhur kita sadar bahwa manusia bisa lestari atau sejahtera bila dan bila alam sekitar terpelihara dengan baik. Suatu visi yang hanya bisa disampaikan oleh Sang Pemilik Alam….

Untuk mendukung visi yang luhur, ada tiga tahapan yang mesti dijalani.

Tata Salira

Tata berarti menata atau mengatur. Salira berarti badan atau diri sendiri. Suatu pemahaman yang luar biasa. Untuk memahami hal ini bukan perkara sederhana. Dalam hal ini, manusia mesti sadar bahwa jika akan membenahi orang lain mesti dimulai dari diri sendiri. Kekacauan terjadi tatkala kita berupaya mengatur orang lain. Kita belum bisa memberikan kesadaran pada orang jika diri sendiri saja belum beres.

Untuk membenahi diri sendiri harus ada tobat atau taubah. Ada suatu penyesalan bahwa melihat ke luar diri tidak bakal menyelesaikan masalah. Semua permasalahan timbul karena ego yang ingin menang. Pangkal persoalan adanya ego. Ego terkait erat dengan pikiran. Untuk menata pikiran, kita harus mendamaikan diri. Jika setiap individu damai, terjadilah kelompok yang damai. Ciptakan kedamaian diri terlebih dahulu. Sadari bahwa setiap individu yang damai akan memancarkan aura kedamaian.

Tata Negara

Setiap individu baik dalam suatu keluarga, keluarga jadi baik. Setiap keluarga baik, maka RT di daera tersebut baik. Setiap RT baik, tidak disangkal RW daerah tersebut juga baik. Suatu kelurahan baik jika RW-RWnya baik. Setiap kelurahan bai, maka kecamatannya jadi baik. Selanjutnya satu walikota atau kabupaten jadi baik. Pada akhirnya suatu negara jadi baik jika setiap individu berhasil menata salira ya sendiri. Tata negara berhasil bila Tara Salira berhasil.

Tata Buana

Bumi atau dunia bisa mencapai harmonisasinya jika Tata Negara setiap bangsa berhasil. Setiap insan tidak lagi memikirkan lingkungannya sendiri. Setiap negara memilki rakyat atau individu yang bertindak lokal berpikir global. Tidak hanya memikirkan golongan sendiri, kelompok sendiri, dan diri sendiri. Dalam cara berpikir, masyarakat memahami hubungan dirinya dengan lingkungan serta sesama.

Begitu tinggi kearifan lokal negeri ini. Apakah mungkin pemikiran seperti ini berasal dari manusia yang tidak kenal Tuhan? Apakah mungkin pola pikir seperti ini ada pada daerah yang belum pernah disinggahi nabi atau rasul?