Tanpa sadar kita  berdoa masih saja menunjukkan ke-egoisan kita. Kita berdoa hanya untuk kepentingan diri sendiri. Ya Tuhan, aku mohon berikan diriku ini dan itu. Kabulkan agar aku jadi orang kaya dan jabatan yang tinggi. Aku mohon agar aku sehat dan bahagia. Semuanya hanya untuk kepentingan diri sendiri. Inilah bukti bahwa sesungguhnya kita masih belum beranjak dari ranah pola pikir intelektual. Pola pikir yang penuh ego, hanya untuk kepentingan diri sendiri.

Cara berdoa seperti ini jelas sedikit kemungkinan dikabulkan. Karena sesungguhnya kita belum memahami bahaya dari terkabulnya permohonan kita. Semua doa kita selalu dikaitkan dengan kenyamanan tubuh dan kenikmatan panca indra. Kita belum sadar bahaya yang ditimbulkan oleh keterkabulan doa kita. Bayangkan bila kita jadi orang yang kaya, bisa semakin jauh kita dari tujuan utama kelahiran.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Doa atau permohonan kepada Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta seharusnya berkaitan dengan tujuan kelahiran manusia di bumi. Kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati jelas tidak bergantung pada benda yang tidak langgeng. Bahkan bila kita mau merenungkan lebih dalam, semakin banyak harta yang kita miliki semakin jauh kita dari sisi Nya. Semakin kita terikat pada kenyamanan dunia. Semakin jauh dari tujuan utama kelahiran kita; Transformasi intelektual menjadi intelejensia.

Selama kita berada di ranah intelektual kita jauh dari sifat mulia. Bila kita mulai memasuki ranah intelejensia, kita semakin mendekati ranah kemuliaan Ilahi. Sifat Dia Yang Maha Mulia adalah berbagi. Sifat alam adalah selalu berbagi serta melayani. Sifat ego adalah hanya mementingkan diri sendiri, dan minta dilayani. Akankah kita terus berada pada ranah intelektual? Akankah kita melalaikan tujuan utama kelahiran?

Cara berdoa yang hanya untuk mementingkan diri sendiri seharusnya mulai kita ubah.

Doa atau peremohonan kita ditujukan untuk kepentingan semua orang.

Bila kita ingin bahagia, orang lain juga.

Bila diri kita ingin mendapatkan kesejahteraan agar tidak hidup menderita, orang lainpun demikian.

Bila kita ingin sehat, orang lainpun ingin memperoleh kesehatan.

Pendek kata, keinginan kita semuanya sama. Sehat, sejahtera, dan bahagia. So, jika cara kita berdoa kita ubah:

Ya Allah, ya Rabb, ya Tuhan Semesta Alam berikan pada semua makhluk sehat, sejahtera, serta kebahagiaan. Dengan mendoakan semua makhluk, dengan sendirinya kita, orang tua kita serta keluarga kita semua berada di dalam doa kita. Bukankah dengan cara berdoa ini kita melakukan sesuatu yang baik pada semua orang yang juga termasuk diri kita juga. Sehingga kita mulai mengikis rasa ego kita tanpa mengabaikan kepentingan diri kita sendiri.

Efeknya terhadap perkembangan evolusi jiwa juga pasti berbeda. Bila kita hanya mementingkan sehat, bahagia, sejahtera, dan lainnya; Evolusi kesadaran kita mandeg. Otak kita sebagai perangkat keras akan semakin kaku. Empati kita semakin menurun…..

Bila kita mulai mengubah cara berdoa bagi semua makhluk, rasa sabar, empati serta kasih akan mulai berkembang meluas. Hati serta perasaan kita semakin terbuka. Rasa bahagia akan terjadi dengan sendirinya tanpa kita minta. Rasa bahagia teman atau sesama kita juga mewujudkan kebahagiaan kita… rasa bahagia ini adalah meurnian Ilahi