Budaya Luhur Nusantara

Nusantara atau Dwipantara, sebagian orang lebih suka menyebutkan yang terakhir, tidak dapat dipungkiri. Budaya Luhur Nusantara bisa dilihat dari peninggalan yang berupa lontar atau dalam bentuk lain. Bisa suatu budaya yang diwariskan secara turun temurun dalam bentuk kebiasaan. Ada juga yang ditinggalkan dalam bentuk relief atau candi atau juga tulisan di atas batuan. Melalui berbagai bentuk media warisan luhur Dwipantara diperlihatkan.

Yang menarik adalah bahwa warisan para leluhur selalu mendorong masuk ke dalam diri. Dengan kata lain bah yang dilakukan oleh leluhur kita adalah mawas diri atau menggali ke dalam diri.  Ini merupakan ciri khas yang membedakan antara ajaran leluhur dan ajaran dari non nusantara. Dari beberapa pengalaman, ciri ke dua memiliki kecenderungan mencari kesalahan di luar. Bukan menggali ke dalam diri atau melakukan perjalanan ke dalam diri.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Pemahaman wilayah nusantara bukanlah sempit sebagaimana kita lihat secara fisik saat ini. Kita mesti juga memahami sejarah terbentuknya kepulauan yang kita kenal selama ini. Untuk itu, kita harus memahami dari +/- 14.000 an tahun yang lalu.

Kesamaan Budaya

Keterbukaan hati untuk melihat merupakan anugerah yang diberikan pada manusia. Bila manusia tidak bisa membuka mata/hati untuk menerima perbedaan di luar, ia akan menderita. Penderitaan ini berupa kemarahan, kecemasan, merasa paling benar. Yang semuanya berbasiskan kesadaran rendah.

Kesadaran rendah berarti mengidentifikasikan diri dengan badan, indra, gugusan pikiran serta perasaan, latar belakang pendidikan, status sosial, dan sebagainya. Semuanya baik, dan bisa membangun reputasi di tengah masyarakat, namun sayang, reputasi tidak langgeng.

Mereka yang berkesadaran rendah, yang belum mengenal kesejatian dirinya, percaya pada reputasi seperti itu. Kesejatian diri berarti kenali diri.  (Kebijakan Bhagavad Gita bagi Generasi Y by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com)

Inilah kesamaan budaya pada Kebijakan Timur. Akar budaya kebijakan Timur dari peradaban Sindhu Saraswati. Dan peradaban ini bukanlah asing bagi wilayah nusantara. Kepulauan kita merupakan satu kesatuan wilayah yang sama.

Istilah Bhineka Tunggal Ika yang digaungkan oleh Mpu Tantular memiliki dasar landasan sama. Tampaknya berbeda, namun memiliki esensi sama dan satu. Bukan perbedaan luar manjadi dasar pandangan, namun esensi yang memiliki kebenaran tunggal, Dharma. Kebenaran yang selaras dengan kebijakan alam semesta.

Semua pandangan di arahkan untuk mengenali diri sendiri. Inilah landasan pikir Budaya Luhur Nusantara. Untuk itu, pandangan luar yang selalu mencari pembenaran diri ditiadakan. Ciri cara pandang ini yang membuat peradaban Timur bisa menjadikan dunia damai.

Cara pandang yang memecah

Cara pandang ini yang saat ini berkembang di wilayah nusantara kita saat ini adalah cara pandang luar yang memiliki keterbatasan menciptakan pemecah belahan. Hal ini karena cara pandang yang dangkal, hanya pada permukaan. Pola pikir ini tidak membuat orang menyatu. Karena tidak menyentuh jalan untuk mengenal diri sejati. Ini bukan budaya dari Peradaban Sindhu Saraswati.

Dan bila kita mau membuka diri terhadap asal pola pikir tersebut, kita bisa mengenal cara hidup bangsa tersebut. Apa dan bagaimana mereka menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bila cara pandang itu yang digunakan sebagai landasan berkehidupan, maka tak pelak lagi membawa semakin menjauh dari tujuan utama manusia, kebahagiaan sejati. Kembali menapaki perjalanan ke dalam diri merupakan dasar Budaya Luhur Nusantara…

Semakin kita menggali ke dalam diri, yang tampak kesatuan dan persatuan. Pada ujungnya membawa kita menuju ke Yang Maha Satu adanya……..

Semakin kita melihat ke luar diri, yang semakin jells kelihatan adalah perbedaan. Pada akhirnya semakin menjauhkan diri dari Sang Maha Sumber……….

Pilihan di tangan kita……..