Sedih memang ditinggalkan oleh seorang ayah bagi 4 anak ini. Menurut info, mereka juga belum lama ditinggalkan oleh ibunya. Almarhum sang ayah bekerja sebagai sopir ekspedisi. Agus Surahman, itulah nama almarhum 4 orang anak yang sekarang dipelihara oleh neneknya yang tua. Dan tentu saja amat sangat sulit untuk membiayai cucunya yang masih kecil – kecil.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Tiada seorangpun rela nyawa ditukar dengan uang seberapapun besarnya. Namun, realita tetap merupakan keniscayaan tak terbantahkan. Sekarang bagaimana menyikapi secara bijak sehingga yang ditinggalkan tidak mengalami kesulitan di masa akan datang, terutama kepastian pendidikan.
Mungkin banyak orang yang tidak sependapat dengan cara berpikir ini. Namun, setiap orang memang tidak akan sama cara berpandangannya. Berbeda cara pandang merupakan keniscayaan yang tak terbantahkan pula. Agar tidak ibut, apresiasi berpendapat merupakan jalan bijak untuk membuka wawasan.
Ketika membaca berita bahwa keluarga korban tidak menuntut, tersirat kelegaan dalam diri saya. Memang kenyataan bahwa ayah Dul bersedia bertanggung kawab atas kejadian akibat perbuatan anaknya. Sang ayah bersedia menanggung biaya pendidikan sampai setinggi mungkin, S1, S2, atau yang lebih tinggi lagi. Semoga juga biaya hidup yang pantas juga mengingat ketidakmampuan si nenek untuk menghidupi cucunya.
Mungkin ada pihak yang tetap tidak terima. Tetapi, lebih bermanfaat manakah bagi yang ditinggalkan? Si orang tua Dul yang bersedia menanggung kehidupan serta pendidikan anak korban kecelakaan, atau memperkarakan oran tua Dul? Betul, bahwa si Dul bersalah. Tetapi jika kita mau menyikapi lebih jauh secara jernih, mungkin kita bisa melihat bahwa si Dul bukan lagi sebagai malaikat elmaut. Bisa jadi si Dul merupakan dewa penolong pembuka jalan agar anak dari almarhum Agus memperoleh pendidikan lebih terjamin.
Bisa saja yang berargumen, koq anda tahu bahwa jika jika korban Agus S tetap hidup, anaknya tidak mendapatkan pendidikan yang baik. Saya tidak akan bersedia membantah, saya hanya melihat realita yang ada serta jalan yang terbaik bagi anak yang ditinggalkan. Anggapan si Dul sebagai dewa penolong atau pembuka jalan bagi diperolehnya pendidikan lebih baik adalah cara untuk menyikapi secara positif daripada menyesali tiada berkesudahan. Atau mengutuk orang tua si Dul.
Seringkali hal seperti ini kita hadapi. Saat kita bersedih terus, kita hidup di masa lalu. Kita tidak akan merasakan kebahagiaan saat pikiran berada di masa lalu. Yang ada kesedihan. Jelas hal ini tidak akan menjadikan badan kita sehat. Cemas tentang masa akan datang membuktikan hidup atau pikiran berada di masa akan datang. Badan juga tidak sehat. Stukur adala keceriaan yang akan menjadikan badan kita lebih sehat. Inilah yang disebut hidup di saat ini.
Saat ini jelas. Dul tergeletak, orang tua, ayah atau almarhum Agus S telah meninggal dunia akibat kecelakaan. Inilah kondisi saat ini. Terserah manusia untk menentukan, apakah menjadikan hidup lebih nyaman dngan cara menerima kenyataan atau membuat persoalan tambah pelik yang pada akhirnya merugikan semua pihak.
Tiada sesuatu yang kebetulan. Semua kejadian merupakan cetak biru dari alam. Melakoni kehidupan dengan cara pandang kekinian atau hidup lebih menderita dengan cara pandang pikiran di masa lalu atau cemas di masa depan…..
Mengutuk si Dul sebagai malaikat elmaut membuat semakin sedih. Memandang si Dul sebagai jalan pembuka untuk meraih pendidikan lebih baik membuat hati lebih tenang dan tenteram. Satu yang mesti dilakukan oleh orang tua si Dul agar ada jaminan. Depositokan atau asuransikan pendidikan/jiwa, dan anak – anak almarhum Agus S sebagai penerima klaim asuransi.
Siapapun tidak bisa menghindari dari suatu kejadian. Bukankah lebih bermakna jika menyikapinya secara positif demi kebahagiaan dan kedamaian bersama. Tiada seorangpun mampu membuat hati senang atau bahagia keculi diri sendiri. Hanya diri kita yang bisa mngubah emosi dalam diri sendiri… Hanya kita yang bisa menjadikan diri bahagia atau sedih. Kondisi di luar diri di luar kemampuan diri untuk mengubah, namun situasi hati kita, kitalah penguasanya.
Mohon maaf jika ada yang merasa tidak nyaman…….