Dupa
Dupa telah digunakan dalam banyak ritual kepercayaan sejak lama. Tetapi anehnya saat ini banyak orang yang enggan membakar dupa karena ada yang menyatakan bahwa membakar dupa sama dengan memberi makan setan atau jin. Kita lupa bahwa yang kita butuhkan adalah asapnya yang memiliki aroma wewangian yang menenangkan.
Yang lebih kepo lagi, mereka yang mengharamkan pembakaran dupa tidak melarang terapi dengan aroma atau bebauan yang harum; terapi dengan bebauan wangi, aromaterapi. Bukankah ketika kita mencium/menghirup minyak kayu putih juga menyerap bebauannya?
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Rokok
Dari buku KEARIFAN MISTISISME by Anand Krishna:
Setidaknya sejak 2000an tahun Sebelum Masehi, peradaban Maya di Amerika Selatan sudah mengenal rokok dań menggunakannya untuk membersihkan lingkungan, juga untuk mengiringi doa-doa yang mereka panjatkan sesuai dengan keyakinan mereka. Kemudian peradaban Aztek mengadopsi kebiasaan itu dan mengukuhkannya sebagai ritus keagamaan. Mereka tidak menggunakan tembakau yang merusak paru, tetapi rempah-rempah yang justru berkhasiat bagi otak, termasuk bubuk kemenyan dan sebagainya.
untuk membersihkan lingkungan dan resmi digunakan dalam ritus keagamaan. Fungsinya tidak berbeda dengan pembakaran dupa.
Rokok dan bakar dupa: Memuja atau memanggil setan
Bila membakar kemenyan dianggap memuja atau memanggil roh atau setan, maka bagaimana dengan rokok?
Bukankah rokok tidak beda dengan membakar dupa; memanggil atau memuja setan?
Apa yang kita hasilkan dengan merokok?
Bila rokok diperbolehkan oleh kepercayaan tertentu, mari kita lihat atau renungkan: ‘Lebih banyak manfaat atau kerugiannya?’
Bukankah membakar rokok sesungguhnya juga memuja kenyamanan indrawi kita? Memuja setan kenyamanan dalam diri kita. Setan ego yang semestinya dibakar. Bila kita renungkan lagi, mengapa bantuan saat pandemi berupa sembako? Jelas tujuannya agar gang yang diterimakan tunai tidak digunakan untuk membeli kebutuhan lainnya, rokok misalnya. Banyak kejadian seprti ini, karena ada sebagian orang berkata: ‘Lebih baik tidak makan daripada tidak merokok.’
Bukankah ini lebih merugikan kepentingan anggota keluarga yang butuh makan? Bagi si bapak sebagai kepala keluarga mungkin lebih baik untuk beli rokok. Mau bukti? Lihat sekitar kita, kadan untuk beli jajan makanan untuk anak tidak bisa, tetapi si bapak bisa omong sambil merokok.