Kata atau akshara adalah yang selalu menghantui manusia. Kita hidup dalam energi ‘kata’. Sekeliling bisa damai atau selalu ribut juga pengaruh kata. Kata demi kata menjadi kalimat. Si fulan menjadi tenang jika diberikan pasokan kata yang menghibur dirinya. Sebaliknya ia menjadi gelisah jika kalimat yang terdiri dari kata-kata muncul dari seseorang membuat ancaman bagi kenyamanannya.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dari kebijakan kuno kata bermakna sebagai ‘akshara’. ‘Akshara’ berarti sesuatu yang tidak pernah hilang. Sekali terucapkan akan tersimpan selamanya di angkasa. Namun yang menjadikan ‘kata’ berguna ataupun tidak tergantung kandungan emosi saat diucapkan. Misal kata ‘marah’. Jika dibarengi dengan emosi yang meledak-ledak akan memberikan makna berbeda jika ‘kata’ marah bertujuan untuk mendidik.

Emosi kita secara keseluruhan sangat dipengaruhi energi ‘kata’. Jika ada seseorang berkata bahwa kita masih saja tampak muda dan cakep, hati langsung berbunga-bunga. Dan jika suatu ketika datang seseorang kemudian memaki dan marah terhadap kita, emosi kita langsung uplifting , terangkat. Dan bersemangat mengerjakan sesuatu.

Sebaliknya, kata yang merendahkan kita bisa langsung membuat kita marah. Sedikit yang berpikir bahwa kemarahan kita sesungguhnya tidak berdasar. Kita sering lupa bahwa yang dikatakan orang tersebut belum tentu benar. Reaksi kemarahan kita bagaikan reaksi hewan yang tidak pernah menggunakan pikiran untuk menguraikan aksi teman terhadap kita.

Seekor hewan tidak marah ketika dimaki. Namun manusia menjadi marah besar ketika dimaki. Apakah saat kita dimaki tidak marah lantas kita seperti se ekor hewan?

Disinilah perbedaan manusia dan hewan. Tampaknya sama. Ke duanya tidak marah ketika dimaki dengan kata yang sama. Ketika manusia di maki dengan kata yang sama kemudian ia tidak marah, ia adalah manusia sesungguhnya. Ia bisa mengatasi gejolak emosi dan akan berpikir lebih mendalam, apakah yang dikatakan orang tersebut tentang dirinya benar? Jika pun benar, ia akan berupaya memperbaiki. Namun jika tidak benar, untuk apa marah? Apakah dengan marah, kita bisa menghapuskan ucapan orang tersebut? Banyak permasalahan justru akan ditimbulkan.

Jika hewan di maki tidak marah, karena ia tidak mengerti arti ucapan tersebut. Namun hewan bisa merasakan gejolak emosi saat orang memakinya. Manusia yang marah ketika di maki adalah manusia yang belum menyadari kemanusiaannya. Ia masih di bawah kendali emosi. Ia masih belum menyadari diri pribadi yang sesungguhnya. Ia masih di bawah pengaruh energi ‘akshara’ atau kata.

Hanya para sufi yang bisa meletakkan diri sejati di atas energi kata. Pelampauan energi kata telah diperolehnya. Mereka memahami bahwa ‘kata’ bukan lah yang mesti dipertuankan. Mereka telah mangalami pahit getirnya di bawah pengaruh energi kata. Bagi mereka ‘kata’ hanya pantas mempengaruhi manusia yang di bawah kendali nafsu hewaniah dalam diri…….

Semua di tangan kita…..

Mau jadi budak ‘kata’ atau hidup melampaui ‘kata’…..