Kesadaran Jiwa

Kesadaran Jiwa berarti kesadaran bukan lagi pada badan, pikiran atau emosi. Pada manusia terdapat 5 lapisan kesadaran. Pertama adalah kesadaran tubuh atau disebut dalam bahasa Sanskrit sebagai anamayakosha . Artinya segala sesuatu diukur berdasarkan yang tampak atau kelihatan. Bisa juga dengan panca indra. Lapis ke 2 adalah kesadaran energi atau pranamayakosha. Naik turunnya tingkat emosi dipengaruhi oleh energi. Lapisan ke 3 adalah manamayakosha atau pikiran dan emosi. Lapisan ke 4 adalah intelejensia atau buddhi. Lapisan terakhir lapisan spiritual. Pada level inilah adanya kesadaran jiwa. Namun bila sudah pada lapisan intelejensiapun, kebanyakan manusia sudah mulai berkenalan dengan Kesadaran Jiwa. Untuk lebih jelasnya bisa diperdalam di sini.

Dari buku Kebijakan Bhagavad Gita Bagi Generasi Y by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com:

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

“Seorang berkesadaran Jiwa menganggap sama suka dan duka; ia menilai sama segumpal tanah, batu, dan logam mulia; tidak tergoyahkan oleh hal-hal yang mcenyenangkan maupun tidak mcenyenangkan, ia memandang sama pujian dan dan celaan. (Bhagavad Gita 14:24) 

Sangat penting untuk diingat bahwa tekanannya pada kesadaran jiwa. Bila belum sampai pada tingkatan tersebut, lebih baik tidak menipu diri sendiri. Para master, avatar , dan para sucipun harus terus menerus mengingatkan diri sendiri. Konon pula kita yang masih sangat kental terlibat di dunia ramai. Namun bukan hal yang mustahil bila ada will power yang kuat. Karena setiap orang punya potensi menuju kesadaran sang jiwa agung. Kita adalah percikan tak terpisahkan dari Sang Maha Sumber.

Seorang Buddha sudah berada dalam kesadaran Purusa selagi berbadan. Ia adalah Jivan Mukta, sudah bebas dari kurungan alam benda. Badan yang masih digunakannya bukan lagi kurungan. Ia menggunakan sebagai alat. (Yoga Sutra Patanjali by Svami Anand Krishna )

Penyakit manusia

Penyakit yang sering disandang oleh manusia pada umumnya adalah merasa bisa bukan bisa merasa. Merasa sudah bisa menggapai kesadaran jiwa, padahal ia masih butuh makan, minut serta kenikmatan tubuh lainnya. Hanya karena kemalasan untuk berupaya seakan sudah mencapai kesadaran jiwa. Pengetahuan yang diperolehnya pun dari buku bacaan, atua bisa suga dari mendengarkan dari kanan dan kiri. Dengan kata lain bukan dari pengalaman pribadi.

Ada suatu kisah menarik. Suatu ketika seorang pencari kebenaran datang pada seorang master untuk mendapatkan kesadaran jiwa. Padahal si orang tersebut dalam keadaan hidup kekurangan dan tubuh yang kurus. Sang master pun berkata, urusi tubuhmu dahulu. Sebab dalam keadaan kurang makan atau belum puas merasakan kenyamanan indrawi sampai pada puncaknya, pikiranmu akan tetap liar. Liar dalam arti masih penuh keinginan untuk memuaskan indrawi.

Tubuh yang sehat tidak dalam keadaan sakit memiliki daya untuk bekerja lebih keras. Untuk selalu berada pada Kesadaran lapisan jiwa, tubuh  yang tidak mudah sakit menjadi persyaratan. Sering jatuh sakit akan membuat pikiran memikirkan penyakitnya sehingga kekurangan energi untuk selalu dalam kesadaran pada lapisan jiwa.