Merenungkan kisah film The Others, besar kemungkinan manusia terjebak oleh pikirannya sendiri sehingga tidak bisa melanjutkan proses perjalanan roh menuju ketiadaan. Roh tidak abadi karena Roh yang terdiri dari gugusan pikiran serta perasaan ditambah dengan obsesi keinginan yang belum terselesaikan seharusnya mencair atau mengalami pemusnahan ataupu bisa disebutkan terurai kembali ke alam ketiadaan.

Dalam film The Others diceritakan kisah seorang ibu serta 2 anaknya yeng terjebak dalam anggapan pikiran sendiri. Dalam anggapan tersebut ia belum sadar bahwa sesungguhnya tubuhnya sudah mati. Yang tertinggal hanyalah pikiran, perasaan/emosi serta obsesi. Jika ini yang terjadi, sebenarnya yang menghambat proses penguraian kembali ke unsur alam atau ke alam ketiadaan adalah pikirannya sendiri.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Saya sering merenungkan dalam kehidupan sehari-hari, kita semua hidup dalam dunia pikiran masing-masing. Kita menciptakan dunia keluarga. Saat berada di keluarga, kita asyik di dunia sendiri, anak dan istri. Meluas dengan keluarga istri atau suami. Saat berada dengan mereka, kita sibuk dalam dunia keluaraga istri atau suami. Ketika kita bekerja di kantor, kita sibuk dalam dunia kerja. Namun karena kemampuan otak memikirkan secara paralel, kadang terselip pikiran tentang anak atau istri. Inilah dunia paralel ciptaan kita.

Belajar dari film The Others, ibu beserta dua anaknya hidup dalam rumah atau dunia yang mereka ciptakan sendiri. Dalam dunia masih berbadan, ketika kita sibuk dengan pikiran sendiri, akhirnya kita disebut orang gila. Bukankah orang yang kita anggap gila hidup dalam dunianya sendiri? Hal ini terjadi pada anak yang disebut sebagai autis. Mereka juga hidup dalam dunia angan-angan atau ilusi mereka sendiri. Akibatnya mereka tidak berkembang alias tidak move on.

Bercermin pada keadaan ini, tampaknya tidak ada perbedaan antara alam saat tubuh masih ada dan alam dengan tiadanya tubuh. Keadaan alam setelah tiadanya tubuh merupakan suatu kesinambungan. Ada tertuliskan dalam suatu kitab suci: ‘Bila di dunia dalam keadaan buta, di alam setelah ketiadaan tubuh pun tetap dalam keadaan buta.’

Satu yang membedakan adalah bahwa tiada peluang untuk menjadi tidak buta setelah alam benda. hal ini disebabkan bahwa alam non benda tercipta karena adanya alam benda. Dengan kata lain bahwa keinginan untuk mewujudkan benda didahului oleh bentuk non benda. Jika tidak ada keinginan mewujudkan keinginan yang dirasakan oleh panca indra, alam non benda tidak berwujud. So, untuk menghilangkan kebutaan di alam non benda bisa dilakukan dengan menghilangkannya terlebih dahulu di alam benda.

Inilah sebabnya, jika kita menginginkan kelancaran proses penyatuan ke alam ketiadaan, mau tidak mau; suka tidak suka harus membuka pandangan terhadap keuniversalitasan alam. Jika kita memiliki pandangan yang terkotakkan, kita akan terjebak di dunia kita sendiri dalam jangka waktu lama. Alias mandeg proses penyempurnaan ke alam ketiadaan.

Ketiadaan itulah kesempurnaan.