Begitu lahir, seorang bayi langsung menangis. Ia sangat sedih karena menyesal meninggalkan tempat yang amat nyaman, surga. Ini yang terjadi. Tidak mengherankan, ia menangis. Alasan yang sama menyebabkan orang saat hidup di dunia begitu memburu kenikmatan. Ia lupa bahwa kenikmatan di dunia merupakan kenikmatan tidak abadi. Karena kenikmatan yang didasarkan pada benda yang tidak abadi juga tidak akan abadi…

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Yang terjadi kemudian adalah penderitaan. Memburu sesuatu yang merupakan ilusi. Kita semua lupa bahwa kita berada di dunia yang selalu berubah. Di alam ini, perubahan adalah keabadian. Kenyamanan surga yang di alam sono adalah bentuk penyatuan dengan Dia. Katanya abadi. Tetapi apakah benar?

Tidak seorangpun tahu. Jika ada yang berargumen, banyak orang yang mengatakan bahwa surga atau neraka ada. Masih dalam tahap ‘katanya’. Setiap jiwa yang sudah menyelesaikan pelajarannya di bumi akan melanjutkan pelajaran ke tingkat yang lebih tinggi. Saat di dunia ini, semua tergambarkan bagaimankah sesungguhnya perjalanan sang jiwa.

Jiwa adalah percikan Sang Mahasuci. Analoginya, percikan air laut berasal dari air laut. Segala sesuatu yang ada di dalam percikan air laut memiliki sifat sama dengan laut. Kekuasan yang ada dalam jiwa manusia juga sama dengan kekuasan sumber Nya. Namun beda kualititas. Jika Sang Sumber Agung kekuasannya meliputi semesta, percikan yang ada di dalam setiap insan kuasanya hanya mengatur diri sendiri. Jika setiap insan sadar bawa hanya ia sendiri yang bisa meningkatkan kualitas jiwanya, ia bisa kembali menyatu dengan Sang Sumber Agung.

Mengapa manusia terjebak memburu kenikmatan? Karena kenyamanan yang sama pernah ia rasakan sebagai penghuni surga. Ia memiliki memori untuk merasakan kenyamanan lagi. Ini juga sebabnya manusia memeluk agama. Ia mencari kelompok yang sejenis pemahamannya. Ia mencari keamanan dalam pergaulan di bumi. Sayangnya, banyak yang tidak sadar bahwa ia mesti melepaskan kenyamanan duniawi saat di bumi, termasuk kenyamanan memeluk agama tertentu. Agama hanya penghantar untuk memasuki perjalanan yang menuju tingkat yang lebih tinggi. Bukan tujuan akhir.

Lahir sudah menangis karena tidak rela meninggalkan surga yang berarti kenyamanan. Ketika meninggal juga masih menangisi kenyamanan dunia, berarti ia sudah melupakan kenyamanan surga yang saat lahir merupakan penyebab adanya tangisan pada dirinya. Semestinya ia ingat bahwa saatnya kembali ke alam kenikmatan surgawi. Ia sudah menyelesaikan pelajaran di sekolah bumi.

Kita semua memiliki penyakit amnesia. Penyakit lupa ingatan. Begitu merasakan kenyamanan di bumi, lupa kenikmatan surga di alam sebelum lahir. Ingatan yang sangat erat terhadap kenikmatan duniawi mengakibatka jiwa mesti lahir lagi ke bumi. Jika saat kematian kita bisa melupakan semua kenikmatan duniawi, kita akan tersenyum menyambut kenikmatan yang diciptakan Keberadaan. Bukan ciptaan manusia yan sama-sama menderita amnesia.

Semua karena programming mind . Kita telah di program oleh lingkungan masyarakat yang memiliki penyakit amnesia. Para suci dan nabi adalah contoh insan yang mampu melepaskan programming mind ciptaan masyrakat amnesia. Mengikuti anjuran dan saran para nabi menjadikan kita bisa melepaskan diri dari programming mindset masyarakat amnesia.

Cara atau how to nya sudah disampaikan para suci dan nabi, sekarang tergantung kita. Masih mau bermalas-malasan untuk menikamti kenyamanan duniawi atau melanjutkan perjalanan ke tingkat lebih tinggi?