Semakin kacau pola hidup semakin kacau cara bernafasnya. Semakin teratur dan semakin sering memeprhatikan pola pengaturan nafas, semakin teratur hidupnya.
Tepat sekali, ada keterkaitan erat antara kemampuan seseorang mengatur nafas dan mengatur hidupnya. Dalam buku Yoga Sutra Patanjali by Anand Krishna tertuliskan:
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
‘ Pranayama bukanlah sekedar latihan pernafasan untuk mengatasi berbagai penyakit dari flu biasa hingga kanker ganas. Bukan, bukan hanya untuk menenangkan diri atau mengatasi emosi. Pranayama adalah Pengaturan Energi Kehidupan atau Prana lewat berbagai latihan pernafasan.’
Kita tidak bisa hidup tanpa nafas. Inilah life force, energi kehidupan. Pada umumnya kita tidak pernah memperhatikan nafas. Kita bernafas begitu saja tanpa kesadaran. Melakukan Pranayama berarti kita memperhatikan nafas. Kita melakukan pengaturan pada nafas. Saat kita sadar sedang mengatur nafas, saat itu ada energi yang timbul. Jadi sesungguhnya adanya kesadaran ini lah yang membangkitkan kekuatan.
Mari kita perhatikan rekan kita yang sedang berlatih tenaga dalam. Mereka melakukan imajinasi saat menarik ataupun mengeluarkan nafas. Kekuatan imajinasi inilah yang menjadikan seseorang bisa membangkitkan tenaga dalam dirinya. Ia menggunakan imajinasinya untuk membangkitkan kekuatan yang tertidur. Ia bernafas dengan sadar. So, ‘kesadaran’ akan nafas lah yang membuat seseorang memiliki kemampuan yang tampaknya luar biasa.
Demikian pula dengan benda ciptaan manusia, semuanya atas dasar imajinasi pikiran kita. Inilah kekuatan manusia, apalagi dibarengi dengan pola pengaturan nafas.
Demikian pula, saat kita bernafas dengan sadar, kita sedang membangkitkan daya tahan tubuh sehingga mampu menahan serangan virus. Daya tahan tubuh berkaitan erat dengan pikiran. Saat pikiran kacau senantiasa diiringi menurunnya daya tahan tubuh sehingga rentan terhadap serangan virus. Ada korelasi yang sangat erat antara nafas dan pikiran.
Sebagai contoh: Seorang penderita asma mengalami sesak nafas. Ia merasakan sulit menarik nafas. Coba tanyakan pada mereka, dapat dipastikan bahwa saat itu pikirannya dalam keadaan kacau. Solusinya amat sangat mudah, dengarkan musik lembut, pikiran mulai menurun frekuensinya, maka tak pelak lagi nafas mulai teratur. Selanjutnya, buanglah nafas lebih panjang, dengan sendirinya ia menarik nafas tanpa upaya. Semakin panjang buangan nafas, akan semakin mudah menarik nafas. Dan selanjutnya pun pikiran semakin tenang.
Keteraturan dalam bernafas menjadikan detak jantung semakin normal. Semakin rileks detak jantung, semakin normal denyut organ dalam tubuh kita. Yang pada akhirnya produksi enzim dan hormon beta-endorphin atau hormon kesehatan dalam tubuh kita semakin meningkat.
Semakin sering kita melakukan latihan pernafasan semakin tenang hidup kita. Saat kita selalu memikirkan masa lalu yang terjadi adalah kekecewaan dan kemarahan. Emosi negatif ini memproduksi hormon beracun nor-adrenalin. Hormon yang mendorong pertumbuhan sel penyakit. Saat kita bernafas, kita hidup dalam kekinian.
Hanya orang yang hidup dalam saat ini bisa bersyukur. Tidak ada seorangpun bisa hidup dengan nafas kemarin. Nafas hanya ada pada saat ini. Bukan kah Tuhan hanya ada di saat ini pula? Tuhan tidak eksis di masa lalu. Tuhan adalah masa kini.
Saat seseorang bersyukur, ia sadar akan ke-ilahian dalam dirinya. Semakin tinggi kemampuan kita dalam pengaturan nafas, semakin sadar akan kehidupan masa kini. Selanjutnya, rasa syukur juga semakin bertumbuhkembang. Semakin sering bersyukur, semakin indah dunia. Dengan sendirinya, emosi atau energi yang selalu bergerak, e-motion, yang bersifat negatif akan semakin berkurang.
Dengan berkurangnya energi yang naik turun atau tidak stabil, ‘e-motion’ semakin tinggi kemampuan untuk mengatur hidupnya. Ia semakin sadar bahwa tujuan hidup bukan hanya berkelimpahan materi. Namun lebih pada kemuliaan jiwanya sendiri. Inilah evolusi kesadaran.