Kematian
Kematian bisa ditaklukkan oleh siapa saja. Bukan hanya orang pilihan yang bisa menaklukkan. Yang harus dipahami adalah apa yang bisa mati?
Setiap manusia harus memahami adanya keabadian dalam dirinya. Yang paling mendasar adalah pemahaman terhadap arti kata ‘manusia‘. Kata manusia terdiri dari dua kata: ‘manas’ dan ‘isya‘. Kata pertama berarti pikiran sedangkan kata ke dua berarti ilahi. So, yang mati adalah pikiran atau intelektual. Pikiran atau intelektual berkaitan dengan kenyamanan indrawi; untung-rugi.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Tubuh atau Badan
Ya, yang mengalami kematian adalah tubuh atau badan, segala sesuatu yang bersifat bendawi atau materi. Pikiran juga materi. Oleh karena itu, kita harus melampaui sifat materi atau ke-materilisme-an dalam diri kita. Masuklah ke keabadian diri.
Alam ini juga ilusi, tidak ada yang bersifat abadi; semuanya sedang berubah. Musnah dari suatu bentuk dan berganti atau berubah ke bentuk lain. Sebagai contoh: tubuh kita sesungguhnya sudah mengalami kematian beberapa kali. Tubuh kita terdiri dari milyaran sel, dan setiap sel akan mati setiap 5-7 tahun. Jadi sesungguhnya tubuh kita 10 tahun yang lalu tidak sama dengan tubuh kita saat ini.
Rasa takut
Timbulnya rasa takut terhadap kematian adalah karena kita berada pada kesadaran tubuh. Kita semua terdiri dari 5 lapisan kesadaran. Lapisan paling luar adalah kesadaran tubuh, dan selama kita terpancang pada lapisan pertama akan terus merasakan ketakutan akan kematian.
Dari buku Dvīpātara Jñāna Śāstra by Anand Krishna:
Sang Penakluk Kematian memberikan anugerah keabadian kepada kita denga membebaskan diri dari rasa takut akan kematian. Seseorang yang terbebas dari ketakutan tersebut dan tidak lagi takut mati, sesungguhnya, adalah abadi. Orang tersebut tidak terdelusi dengan kesadaran jasmani/tubuh. Senantiasa hidup dalam Kesadaran Jiwa, selalu sadar bahwa Jiwa sesungguhnya tidak pernah terpisah dari Sang Jiwa Agung.
Berikutnya, sebagai Penakluk Musuh, Gusti membantu kita penang atas insting-insting dan kecenderungan rendahan kita; menang atas pancaindra dan indra-indra persepsi; mening atas obsesi dan hasrat kita.
Musuh-musuh di luar tiada lain merupakan proyeksi musuh di dalam diri. Begitu kita telah menaklukkan musuh di dalam diri, musuh-musuh di luar akan menghilang dengan sendirinya.