Pertanyaan yang sangat mengusik. Dan lucunya ada yang bisa mengklaim bahwa mereka bisa membela. Pejamkan mata dan sejenak putuskan pandangan dari dunia luar. Dunia ilusi yang selama ini telah menjebak diri. Dunia dimana setiap orang berlomba untuk saling mengungguli. Saliang sikut untuk berebut 3 ‘ta’. Wanita, harta, dan tahta.

Secantik dan seseksi apapun seorang wanita, bayangkan 10 – 15 tahun mendatang, apakah masih sama? Sebanyak apapun harta yangnbisa dikuasai, apakah bisa membuat bahagia? Hanya sebentar membuat lega, setelah itu? Ya, biasa lagi. Datanglah mainan baru. Demikian seterusnya. Tiada tempat bagi mobil anda yang sangat mewah yang bisa anda rasakan saat dalam kubur. Setinggi apapun jabatan, tidak selamanya bisa dikuasai. Suatu ketika akan digantikan oleh orang lain. Semua hanya pemanjaan ego.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Saat memejamkan mata, cobalah masuk ke dalam diri. Renungkan siapa yang menggerakkan jantung untuk berdenyut. Siapa yang menciptakan hormon endorphin. Siapa yang menciptakan enzym yang bermanfaat bagi tubuh kita. Ada Sang Maha Energi penggerak ini semua. Energi kehidupan. Bukankah Dia Sang Maha Hidup?

Apakah mungkin kita terpisahkan dari Sang Maha Hidup? Mayoritas dalam diri manusia hidup dikuasai oleh Sang Maha Hidup. Lantas? Berarti benar yang disabdakan oleh Baginda Rasulullah SAW: ‘Tuhan lebih dekat dari urat lehermu’. Tanpa kehadiran Nya tiada gerak hidup.

Mungkin ada yang kemudian bertanya, ‘Bagaimana setelah nyawa meninggalkan badan? Alias mati?’ Dia tetap eksis, hanya porsinya berkurang. Tubuh akan terurai. Itulah kuasa Dia juga.

Lantas, bagaimana menyikapinya?

Sangat mudah, senantiasa berdialog dengan Dia dan mensyukuri. Dengan bersyukur sesungguhnya kita menerima kehadiran Nya. Keterbukaan untuk menerima kehadiran Nya diekspresikan dalam melakoni sifat Nya. Sifat utama Dia adalah kasih dan sayang. Bukan kah alam juga mencerminkan sifat ini?

Bumi yang selalu kita injak selalu saja memberikan makanan yang bermanfaat bagi tubuh kita. Air, tanpa kehadirannya akan banyak orang yang mati. Suatu tempat tanpa air mengakibatkan kematian.

Ingatlah selalu nama Nya, lakoni sifatnya. Apakah masih akan tetap mempertahankan kekuasaan untuk membuat orang lain sengsara sekedar merasakan bahwa agamanya yang dianut paling suci?

Sesungguhnya kita sendiri tidak faham akan sifat suci jika masih saja menganggap orang lain lebih buruk dari kita. Apa hak kita? Mungkinkah kemenangan kita di dunia akan kenyelamatkan kehidupan jiwa kita setelah meninggal? Bukan kah menang atau kalah hanya masalah bendawi. Masalah arogansi. Masalah di dunia. Masalah badan. Masalah ingin pujian.

Bisakah kemenangan di dunia membuat kita bahagia? Saya yakin tidak. Yang ada sekedar ego. Merasa paling hebat. Bukan kah sama sekali tidak membuat jiwa bebas? Bahkan semakin terikat pada dunia. Itukah tujuan kehidupan ini!

Kebahagiaan yang tgantung pada dunia benda bukanlah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati adalah abadi. Dan tentu yang membuat abadi jika bergantung pada suatu yang abadi juga.

Lantas, mengapa kita mesti menundukkan kepala saat berdoa? Itu simbol meletakkan ego. Letakkan ego atau bahkan bunuh egomua saat berhadapan dengan Dia. Dia lah sang penguasa semesta. Ego ini hanya dibutuhkan saat berhadapan dengan manusia. Bukan ntuk menguasai. Hilangkan egomu saat berhadapan dengan Dia. Kapan?

Ingatlah sabda Baginda Rasulullah SAW: ‘Wajah Allah di barat, timur, dan dimana – mana’. Artinya, saat bertemu dengan siapa saja, pandanglah dia sebagai perwujudan Nya. Dengan cara ini kita selalu ingat bahwa kehadiran mereka juga untuk mengingatkan Keberadaan Nya.

Semoga aku selalu ingat akan hal ini…

Terima kasih semesta……..

Terima kasih Sang Maha Energi Murni….

Terima kasih sobats. Tanpa ada kalian tiada yang mengingatkan akan kehadiran Nya……