Kapankah pencerahan terjadi paling awal?

Sangat mudah menjawabnya, ketika orang tersebut mulai menyadari bahwa menggantungkan diri pada duniawi untuk menggapai kebahagiaan adalah suatu ilusi, sesuatu yang tidak nyata. Ketika sadar bahwa setiap anggota tubuh pada saatny akan terurai dan lenyap untuk sementara. Sadar bahwa tiada seorangpun yang bisa membuat bahagia kecuali diri sendiri.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Atau, ketika seseorang mulai tertarik membaca tentang buku yang bernuansakan spiritual. Buku tentang segala sesuatu yang hebat dan bersifat bendawi. Pencerahan bukanlah sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang lumrah dan umum. Ini adalah proses alami. Pencerahan bukan sesuatu yang bisa diupayakan. Sesungguhnya, ketika seseorang berupaya menggapai pencerahan, ia sudah cerah. Yang dibutuhkan adalah bagaimana mempertahankannya. Ini yang butuh upaya, karena tiada seorang pun bisa menjamin bahwa pencerahan yang sudah diperolehnya bisa langgeng. Pencerahan adalah proses berkelanjutan dan perbaikan terus menerus. Tuhan pun tidak bisa menjamin bahwa seseorang yang sudah cerah tidak jatuh lagi ke dunia benda…

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana yang terjadi dengan para suci dan avatar? Mengapa mereka bisa bertahan?

Kita saja tidak tahu, sesungguhnya mereka juga sadar bahwa tidak ada yang bisa dipertahankan tanpa upaya. Itulah sebabnya, para suci dan avatar selalu membentuk kelompok. Kelompok yang memiliki tujuan bersama untuk mempertahankan pencerahan. Para suci dan avatar sadar bahwa pergaulan amat sangat berpengaruh terhadap terjaganya pencerahan. Energi kelompok ini amat sangat perlu dilestarikan atau maintain agar bisa mempertahankan dan meningkatkan pencerahan yang sudah diraih.

Yang saya ulas dan bahas karena saya terinspirasi yang dituliskan oleh Resi Patanjali, Yoga Sutra Patanjali by Anand Krishna , www.booksindonesia.com.

Pada ayat pertama, Resi Patanjali menuliskan bahwa:

” Demikian, disiplin adalah YOGA “

Bagaimana mungkin hal seperti ini dituliskan oleh seorang Maha Resi Patanjali, 400 tahun SM. Karena beliau sadar bahwa Yoga adalah proses penyatuan menuju keilahian. Kesadaran bahwa tujuan kelahiran manusia di bumi adalah cara satu-satunya agar bisa menyatu dengan Sang Jiwa Agung. Untuk itu laku Yoga dibutuhkan. So, Yoga bukan jalan menuju pencerahan. Dengan kata lain, mereka yang melakoni yoga sebagai upaya menuju pencerahan dapat dipastikan tidak tepat.

Yoga juga bukan untuk memperoleh kesehatan semata. Namun sebaliknya, jika seseorang melakukan yoga dengan tujuan sebagai disiplin untuk menjaga pencerahan yang sudah dimiliki, secara otomatis kesehatan pasti diperoleh. Sehat pikiran pasti sehat jiwa.

Yoga adalah disiplin agar pencerahan yang sudah diperoleh dapat dipertahankan. Upaya mempertahankan inilah yang dinamakan Yoga oleh Resi Patanjali. Jika belum cerah kemudian melakoni yoga, dapat ikatakan bahwa orang tersebut melakukan nyoga hanya ikut-ikutan dengan trend masa kini. Mereka melakukan yoga bukan sebagaimana pemahaman yoga yang dituliskan dalam buku Bhagavad Gita dan Yoga Sutra Patanjali.

Mereka yang melakoni Yoga demi mempertahankan pencerahan yang sudah diperoleh memahami bahwa setiap orang memiliki yang Citta atau benih. Benih ini bawaan perbuatan pada kehidupan sebelumnya. Benih pikiran ini sewaktu-waktu bisa menjadi penyakit bagi kehidupan masa kini jika tidak dijaga agar tetap sebagai benih adanya. Citta atau benih pikiran jika bertumbuhkembag menjadi gugusan pikiran berakibat fatal pada terjaganya pencerahan yang sudah didapatkan.

Kita semua sadar bahwa hidup saat ini adalah sebagai akibat kehidupan masa lalu. Sekaligus kita sedang menciptakan sebab agar kita mendapatkan akibat baik di masa akan datang.