Anak domba tersesat

Menyelamatkan anak domba tersesat adalah pesan Jesus bagi dunia. Anak domba menggambarkan kepolosan manusia yang sesungguhnya. Pesan ini bukan hanya bagi pengikut Jesus, tetapi bagi semua manusia yang lahir di bumi belum memahami tujuan kelahiran di muka bumi. Adalah suatu persepsi yang kurang tepat bila memberikan tafsir bahwa pesan tersebut hanya bagi pengikut satu keyakinan tertentu.

Jesus dan para suci serta avatar yang lain tidak menyampaikan kabar keselamatan bagi umat tertentu, namun bagi semua umat manusia yang lahir di muka bumi. Bila kita mau membuka diri, kita bisa melakukan pendalaman dengan wawasan lebih luas maka akan menghargai semua pesan atau berita baik para suci.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Kita semua lahir di dunia sedang dalam keadaan tersesat. Bila saat kematian kita selalu ingat tujuan kelahiran di muka bumi, kita tidak akan lahir lagi. Misperception terhadap maksud dan tujuan kelahiran membuat kita hanya memburu kenyamanan indrawi. Kita membudakkan diri terhadap suatu kenyamanan tubuh/indrawi. Inilah yang disebut dalam bahasa Sanskrit sebagai ‘Preya‘.

Dan ketika obsesi keterikatan terhadap kenyaman indrawi belum bisa terurai, maka kita akan terus lahir dan lahir kembali. Ini huga yang disampaikan oleh seorang resi yang kelahirannya diramalkan dalam Bavisya Purana. Dalam tradisi ritual yang diperintahkan ada disebutkan agar ditunjukkan jalan yang lurus. Setiap hair sahib diucapkan sebanyak 17 kali minimal. Sayangnya, para pengikutnya, yang mengaku sebagai ‘pengikut’, tidak memahami makna kalimat ini.

Pesan satu dan sama

Pesan bagi anak domba tersesat adalah satu dan sama: ‘Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan serta berdayakan dirimu sehingga tidak bergantung pada orang lain.’

Pesan ini sangat umum, dan bila kita mau melakoninya, maka kita semua terselamatkan. Selamat dari penderitaan berkelanjutan. Penderitaan terjadi ketika kita tidak sadar akan jati diri kita. Menuju kebebasan abadi merupakan ultimit tujuan kalhiran manusia di muka bumi.

Penderitaan bukan disebabkan oleh orang lain. Walaupun orang tersebut mengatakan diri kita seperti apa, tetapi bila kita tidak melanjutkan hal yang diucapkan oleh orang tersebut, maka tidak akan membuat kita mengalami penderitaan.

Penderitaan akibat perkataan orang tersebut terwujud bila kita memikirkan dan meng-iyakan atau meng-amini hal yang dikatakan tersebut. Dengan kata lain, kita secara tidak langsung memberikan energi terhadap ucapanya. Tiada orang lain yang bisa memutuskan keterhubungan energi tersebiut kecuali atas kemauan kita sendiri. Caranya???

Sangat amat mudah; abaikan apa yang diucapkan. katakan dalam hati ‘Okey. Itu hanya persepsimu saja koq….’ Dan saat itu juga, kita bebas dari energi orang tersebut….

Di atas segalanya, jangan lupa bahwa orang tersebut sama saja dengan kita, tersesat di autan duniawi…