Musuh Tuhan
Menempatkan setan sebagai musuh Tuhan merupakan hal yang super amat menggelikan. Namun realitanya seperti itu yang terjadi di masyarakat kita. Dengan menempatkan si setan sebagai musuh, kita meposisikan si setan sejajar Tuhan. Benarkah? Kita lupa bahwa tiada satupun di luar Dia.
Selalu saja kita kita tidak sadar. Dalam kehidupan keseharian, kita mengutuk dan menghujat setan dengan menggambarkan segala keburukannya. Kita seringkali menempatkan si setan sebagai kambing hitam dalam segala perbuatan buruk kita. Kita lupa bahwa nafsu setan atau keburukan adalah ketika kita mencari kambing hitam atas ketidakmampuan kita melawan nafsu sendiri.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Sifat diri
Ada 3 (tiga) sifat dalam diri kita yang perlu dikenal. Satvik, Rajasik, dan Tamasik. Satvik merupakan sifat baik dan tenang. Rajasik merupakan sifat dinamis/agresif. Senang menjelekkan orang lain merupakan gabungan sifat antara yang juga tamasik. Dan terakhir Tamasik yang merupakan sifat malas. Malas bukan hanya tidur atau sifat malas lainnya, tetapi malas untuk membuka diri terhadap pengetahuan yang memuliakan.
Pemahaman sifat baik, Satvik, sifat yang baik yaitu dengan berbagi. Namun jika saat berbagi pun kita masih mengharapkan imbalan, maka akan menjadi sifat ke dua; Rajasik.
Sifat suka memberi, tetapi masih mengharapkan balasan sekecil apapun. Walaupun hanya ucapan terima kasih. Dalam hal ini bukan berarti kita tidak bersedia menerima ucapan terima kasih, tetapi bila seseorang telah diberi sesuatu, dan kemudian orang tersebut tidak mengucapkan terima kasih, kita merasa kecewa atau marah. Mengenai arti terima kasih, silakan baca di sini.
Tamasik adalah sifat paling rendah dalam diri manusia. Mencari kesalahan orang lain. Inilah sifat paling parah. Karena cdengan cara seperti ini, kita tidak akan bisa memperbaiki diri. Tidak akan terjadi perubahan dalam diri sendiri berarti juga merusak keadaan di luar diri.
Setan
Setan di luar adalah cerminan setan atau keburukan dalam diri. Rabiah seorang sufi wanita yang selalu saya ingat. Ketika seseorang bertanya, ‘Mengapa kau tidak bisa membenci setan?’ Beliau menjawab; ‘Dalam hatiku hanya dipenuhi oleh rasa kasih kepada Tuhan sehingga tidak ada kata ‘setan’.
Kemuliaan seperti ini yang terus kita ingat ketika seseorang memaki atau memberikan statement atau pernyataan buruk di media. Namun sayang, kita sering terpancing menyatakan balasan yang senada. Tanpa sadar kita sedang mengekspresikan keburukan setan dalam diri kita. Karena ekspresi hanya bisa terjadi ketika kita memilikinya.
Banyaknya setan atau keburukan di luar bukan karena mereka buruk, tetapi lebih utama melakukan introspeksi diri agar pikiran kita tenang dan damai. Kita harus selalu ingat bahwa yang ada di sekitar kita adalah proyeksi yang ada salami diri kita sendiri. Setan di luar merupakan pantulan dari setan dalam diri kita.
Ketika kita menganggap setan sebagai musuh Tuhan, kita belum memahami bahwa kita semua, termasuk si setan (jika ada) merupakan bagian dari permainan Dia.