Tambah, kurang, dan kali serta berbagi adalah pelajaran saat SD. Tambah, kurang serta kali mengkalikan kita semua bisa mengerjakan, namun tiba saat perhitungan berbagi, sedikit dari kita yang bisa melakukannya. Diberi satu barang, ingin tambah satu barang. Bahkan sering kali melakukan pengurangan jatah teman. Saat menerima sesuatu kenikmatan atau rejeki, kita ingin memperoleh dilipat gandakan beberapa kali. Tiba giliran berbagi?
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Itulah sifat manusia, saat berbagi sesuatu yang sudah diperolehnya, begitu berat melaksanakan. Mengapa? Karena kita masih saja mengidentikan diri sebagai badan. Badan adalah bagian terluar dari lapisan diri. Saat kematian, badan di tinggalkan. Seringkali kita lupa akan hal yang ini. Sehingga akan jati diri sesungguhnya. Apakah kita akan tetap bertahan dengan segala atribut palsu? Atribut palsu bersifat ilusif. Sementara.
Tiada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan. Banyak orang bilang Tuhan abadi. Tiada Tuhan kemarin dan juga tiada tuhan esok. Tuhan hanya ada saat ini. Pikiran kita yang senantiasa tidak bisa berada dalam keadaan saat ini. Jka tidak memikirkan hal-hal yang kemarin, pasti cemas akan sesuatu yang belum terjadi, besok.
Pikiran yang berada pada saat ini bereksistensi sama dengan Tuhan.
Karena pikiran saat ini dapat dipastikan tdak kecewa dengan keadaan masa lalu dan tidak cemas dengan sesuatu yang belum terjadi. Besok. Inilah Tuhan. Pikiran yang senantiasa bahagia dan ceria serta penuh keindahan.
Pikiran yang selalu ceria dan bahagia serta menari sebagaimana Tuhan. Keceriaan kicau burung gemercik suara air adalah suara Tuhan. Tiada seorang pun yang bisa menyangkal. Mereka yang menyangkal juga sedang berpikir sok tahu. Jadi sesungguhnya yang merasa tahu dan yang menyangkal adalah dua orang tolol. Botol. Bodoh dan tolol berargumentasi.
Berarti saya menulis ketololan saya. Jika pun ada yang mentertawakan, sama juga BOTOL. Karena mereka juga saya yakin belum tahu. Hanya sok tahu supaya dibilang pintar.
Mereka yang benar-benar tahu tidak akan mau mentertawakan. Karena mereka sadar bahwa sesungguhnya semua manusia sedang berproses menuju ke satu arah. Kebaikan diri. Dari belum baik menuju ke lebih baik.
Para orang bijak menyadari proses ini. Karena hidup adalah perjalanan. Bukan tujuan. Lantas bagaimana mungkin suatu proses bisa dikatakan buruk? Bukankah dalam proses senantiasa terjadi perubahan? Sehingga belum bisa dinilai baik ataupun buruk.
Berbagi adalah sifat alam. Alam mewakili ketuhanan. Bukankah sifat Tuhan adalah mahakasih? Dia yang senantiasa berbagi. Dan mayoritas dari kita belum bisa lulus dari berhitung dengan cara berbagi…..