Menikmati hasil persembahan berarti, berbagi dulu. Berbagi berkah, berbagi rezeki, berbagi cinta kasih, berbagi makanan, berbagi keceriaan – setelah itu, barulah hidup kita menjadi nikmat.
Para ahli psikologi, para Neuroscientist, para ilmuwan kontemporer – semuanya mengakui bahwa ketika melayani sesama, timbul rasa bahagia yang luar biasa.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Kemudian rasa bahagia yang demikian itu mampu memperbaiki kondisi kesehatan kita. Kita menjadi sehat karena bahagia, dan kebahagiaan adalah hasil dari rasa empati di dalam dirinya.
( Bhagavad Gita by Anand Krishna, www.booksindonesia.com)
Selama ini kita beranggapan bahwa rasa bahagia terjadi jka kita menikmati hasil dari usaha atau kerja kita. Itu bukanlah bahagia. Itu masih dinamakan kelegaan. kelegaan berarti terpenuhinya suatu keinginan. Jika terpenuhi keinginannya, seseorang menjadi puas. Ini bukanlah kebahagiaan.
Kebahagiaan sejati terjadi ketika kita bisa membahagiakan orang lain. Kepuasan dari perasaan bisa membuat orang lain itulah kebahagiaan. Bagi yang peka, hal ini bisa dirasakan. Kelegaan karena bisa membeli mobil tidak bertahan lama. Paling lama satu bulan. Setelah itu, perasan kita biasa saja. Sangat berbeda jika suatu ketika kita bisa berbagi sesuatu terhadap orang lain. Rasa bahagia ini akan bertahan cukup lama. Dan ajaibnya, suatu ketika bisa muncul lagi.
Efeknya terhadap kesehatan juga berbeda. Mengapa?
Sangat sederhana. Berbagi adalah sifat alam. Dalam diri manusia sejatinya memiliki sifat alam, yaitu berbagi. Nah ketika sifat alami manusia ini tersentuh atu terbangkitkan, hormon kebahagiaan dalam diri manusia terbangkitkan. Hormon kebahagiaan ini memproduksi beta-endorphin yang bisa membuat sel manusia bertumbuhkembang baik. Akibatnya manusia menjadi sehat.
Kita berbagi karena adanya rasa empati. Rasa empati berkaitan erat dengan tingkat atau level kemanusiaan dalam diri kita. Semakin tinggi rasa kemanusiaan seseorang semakin tinggi pula rasa empati. Dalam banyak kitab suci dijelaskan bahwa inti dari semua agama satu adanya: ‘Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.
Berbagilah dengan harta, kekuasaan, keceriaan, cinta kasih, maka kau akan bahagia. Bukan menikmati terlebih dahulu, tetapi dari sisa yang kita bagikan, maka kita akan merasakan kebahagiaan.
Dalam buku Bhagavad Gita by Anand Krishna juga dituliskan:
‘Krishna tidak mengajak kita untuk ‘menikmati dulu’ baru berbagi. Tapi, ‘berbagi dulu’, baru menikamti sisanya. Jika kita berpikir bahwa ke dua hal itu sama – maka jelas keliru. Kedua hal ini tidak sama.
Berbagi menuntut kesadaran yang luar biasa, kesadaran untuk ‘berkurban’. Kita lebih baik menyebutnya dengan Super Empati. Kecenderungan kita adalah menikmati dulu, baru berbagi. Krishna mengharapkan kita meninggalkan kecenderungan itu.’
Krisha adalah seorang avatar yang hidup 5000 tahun yang lalu. Segala sesuatu yang disampaikan Krishna adalah hasil pengalaman hidupnya. Inilah yang disebut sebagai kebijaksanaan. Melakoni pengetahuan itulah yang disebut sebagai kebijaksanaan.
Inilah cara hidup melawan arus. Hidup bebas dari pengaruh terror massal. Dengan cara ini, kita bisa hidup bahagia. Tampaknya hidup bahagi terjadi ketika kita bisa terlepaskan dari terror massal atau hipnosis massal. Seseorang yang hidup searah atau mengikuti arus hanya akan mendapatkan pujian atau simpati massal.Kecenderungan kita sampai saat ini. Namun sesungguhnya ia hidup di bawah pengaruh orang lain. Ia tidak bebas. Ia hidup dibawah kendali massa. Kebahagiaan adalah kebebasan itu…………