Saat itulah awal penyembahan berhala terjadi. Tiada agama lebih baik dari yang lain. Siapa pula diri kita sehingga memilikki kapabilitas menilai atau memberikan ranking. Agama tiada mungkin dibandingkan apel 2 apel. Yang bisa dibandingkan satu lebih baik dari yang lain adalah jika sejenis, misal gelas dibandingkan dengan gelas. Baju yang satu dan sama dengan baju yang lain. Tidak mungkin kita membandingkan apel dengan mangga. Hanyalah masalah selera. Jika demikian sesungguhnya yang ada merupakaan apresiasi terhadap agama lain.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Jika kita menganggap agama kita paling sempurna saat itu kita dengan mudah merendahkan agama lain. Arogansi muncul dan jika kesombongan sudah terjadi di dalam hati, lantas di mana Tuhan bersinggasana? Jika dalam hati sudah ada selain Tuhan, apa mungkin Tuhan bisa bersinggasana. Hati sudah dikuasai kesombongan, tiada lagi tuhan diu sana. Bukan kah Tuhan maha pencemburu? Sehingga tidak mau ada yang lain dalam hati. Manusia yang demikian belum memahami tauhid. Ia belum memahami kalimah ‘la illha ilallah’. Bagaimana mungkin ia penyembah Tuhan? Penyembah berhala diri? Benar. Itulah dirinya sesungguhnya.
Penyembah berhala adalah penurut nafsu ingin unggul dan menang sendiri. Keinginan untuk paling baik adalah pengabdi setan pikiran. Setan emosi. Setan irihati. Ia budak nafsumya sendiri. Tiada sifat kasih dan sayang. Tiada sifat sabar. Ke dua sifat itu merupakan sifat ilahi yang sering sekali disebutkan dalam semuya kitab suci. Tidak membenci dan menyakiti sesama akan membentuk kemanusiaan dalam hati manusia.
Agama adalah sarana atau tool untuk menuju sifat-sifat ilahiah. Jika agama jadi tujuan yang ada, adalah penyembahan agama. Bukan penyembahan kepada Dia Sang Maha Pencipta. Pada hal agama diciptakan untuk manusia. Tetapi jika akhirnya agama disembah berarti manusia yang diciptakan untuk agama. Sesuai pemahaman bahwa agama adalah tool berarti menyembah agama atau meletakkan agama di atas kemanusiaan telah menjadikan agama lebih tinggi dari tuhan. inilah kebodohan kita.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena tidak adanya kemauan untuk menggali dan mengkaji mengenai agama dengan sadar. Kita cenderung malas dan cari gampangnya saja. Sifat malas manusia inilah setan ketakutan. Sifat ketakutan yang diciptakan oleh sebagian orang untuk memanfaatkan kebodohan untuk kepentingan sendiri demi kekuasaan juga. Keadaan manusia seperti ini sudah menjadi hal biasa. So, sepertinya kita semua dalam lingkungan masyarakat bodoh. Siapa yang mesti disalahkan? Diri sendiri. Jangan cari kambing hitam. Selama masih mencari kesalahan orang lain, Selama itu pula kita semakin terjebak dalam lumpur kebodohan.
Jadilah bunga teratai. Walaupun tumbuh di lumpur, namun tetap indah. Lumpur di sekitarmu menjadi pupuk untuk semakin menyegarkan sehingga kembang teratai semakin bersinar dan bercahaya.
Jadilah cahaya keindahan bagi sekitar dengan terlebih dahulu ada keindahan dalam hati. Indah itulah Tuhan. Dia lah sumber keindahan.