Jangkauan gugusan pikiran serta perasaan sungguh amat luas. Ia penuh dengan keinginan serta keraguan. Sebab itu, barangsiapa berhasil mengendalikannya, jelaslah ia meraih kebahagiaan – baik di dalam hidup ini, maupun di alam setelah kematian.

Dikutip dari buku Dvipantara Dharma Sastra by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com  

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Mengapa gugusan pikiran serta perasaan? Pada ayat sebelumnya dijelaskan sebagai berikut:

  • Gugusan pikiran serta perasaan mengambil keputusan, menentukan segala sesuatu. Ucapan mengikutinya, dan tindakan atau perbuatan menindaklanjutinya. Jadi sesungguhnya, gugusan pikiran serta perasaan adalah yang memimpin keduanya.
  • Gugusan pikiran serta perasaan menentukan aktivitas, perbuatan indra, gerakan badan. Oleh karenanya, adalah gugusan pikiran serta perasaan yang mesti diolah, dikendalikan, sehingga dapat melayani manusia dalam segala keadaan, baik menguntungkan maupun yang merugikan, keadaan baik dan tidak baik.

Gugusan pikiran serta perasaan adalah yang memimpin keduanya. Namun, bila kita mau telaah lebih dalam lagi, sesungguhnya perasaan lebih di depan. Mari kita perhatikan ketika kita tertarik terhadap wanita atau barang. Pada umumnya, saya tekankan ‘pada umumnya’. Karena ada sebagain orang yang ‘katanya’ tertarik pada wanita dari rasa atau perilaku yang lembut atau rendah hati.

Begitu melihat wanita, kita tertarik. Ini rasa suka. Kemudian, kita melanjutkan dengan berpikir: Namanya siapa, nomor telepon berapa, dan lain sebagainya informasi yang dibutuhka untuk mengembangkan rasa sukanya. Mari kita perhatikan; setelah rasa suka, kemudian gugusan pikiran yang lebih dominasi. Setelah itu, baru kita berucap, baik melalui telephone atau dengan kata. Yang terakhir, kita berbuat. Bila keinginan tidak terpenuhi, banyak cerita yang akan tercipta. Sebaliknya, bila rasa keinginan terpenuhi, banyak cerita suka juga tercipta.

Belajar dari hal di atas, kita bisa renungkan bahwa dunia rumah tangga atau dunia derita yang menciptakan adalah kita sendiri. Bila dan bila, rasa suka terhadap benda atau wanita tdak kita lanjutkan, maka kita tidak menciptakan dunia rumah tangga beserta dengan anak dan istri. Bila dilanjutkan ke anak cucu, dunia ciptaan kita semakin seru. Banyak beranak pinak dunia ciptaan kita.

Lucu sekali ya….

Selama ini kita beranggapan bahwa dunia paralel jauh di alam sono. Realitanya? Semua dunia, kita sendiri yang menciptakan. Bukankah ini sesuai dengan kutipan: ‘Jangkauan gugusan pikiran serta perasaan sungguh sangat luas……

Saat dunia kita dalam penderitaan, dunia rumah tangga misalnya, kita bingung serta menangis Bombay….. Kita lupa bahwa derita tersebut berawal dari rasa suka terhadap wanita yang ceritanya kemudian kita yang menciptakan. Sebaliknya, bila dalam rumah tangga sampai ke anak cucu kita merasakan bahagia, kita senang. Kemudian kita anggap kita hidup di surga. Namun, bila menderita; kita kemudian mengatakan bahwa ini cobaan Tuhan. Kita lupa bahwa kita yang menciptakan; ‘Apa urusannya dengan Tuhan????…. Aneh dan lucunya kita. Kita yang menciptakan, kemudian kita mencari kambng putih, maaf si kambing hitam sudah diborong, jadi sudah habis….

Dari kutipan ayat Dvipantara Dharma Sastra, kita bisa belajar banyak. Bila sumber permasalahan pada Gugusan pikiran serta perasaan, maka bagian ini yang harus diamati dan dikendalikan sehingga kita tidak mengalami penderitaan. Inilah maksud dari ayat yang paling awal.

Bertempat di Sunter Mas Barat, Pusat Pelatihan Yoga dan Meditasi, Jakarta Utara; Para peserta melakukan hal ini. Kendalikan pikiran serta perasaan, maka hidup-pun menjadi keceriaan. Latihan ‘AMAT sangat MUDAH’, hasilnya??? Luar biasa….