Pikiran dan Perasaan
Pikiran dan Perasaan merupakan sumber utama penderitaan. Walaupun memang sesungguhnya pikiran dan perasaan dibutuhkan ketika hidup di dunia, namun dalam perjalanan spiritual dalam menggapai kebahagiaan sejati akan menjadi kendala utama.
Segala sesuatu akan dirasakan terlebih dahulu, kemudian diolah oleh pikiran. Dalam pergaulan keseharian, segala perbuatan kita dilandasi oleh perasaan terlebih dahulu. Perasaan yang paling dasar adalah suka atau duka. Kedua rasa ini kemudian diolah oleh pikiran.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Inilah sebabnya pesan yang disampaikan oleh Bodhidharma amat relevan untuk dilakoni.
Pesan Bodhidharma
“Gugusan Pikiran dan Perasaan (mind) yang bodoh, tidak sadar, menimbulkan nafsu, menyebabkan kesengsaraan, dan menodorong (indra) untuk berbuat segala macam kejahatan yang tak terbayangkan. Sebab sesungguhnya mind itu berakar pada tiga racun: keserakahan, amarah, dan delusi.”
Dikutip daru buku Bodhidharma:
” Sekali waktu, Anand — murid Sidhardata Gautama — bertanya, ‘Guru, adakah penawar bagi ketiga racun (keserakahan, amarah, dan delusi)?
Buddha menjawab, :”Ada Anand. Penawarnya berupa Sila Utama, tiga pedoman yang hendaknya dilakoni oleh setiap orang bijak untuk mengatasi pengaruh ketiga macam bisa/racun itu.”
Pertama: Senantiasa menghindari segala tindakan jahat, yang merugikan diri dan merugikan orang lain.
Ke dua: Menumbuhkembangkan kebajikan dan,
Ke tiga: Membersihkan citta, benih dari segala pikiran dan perasaan (mind), supaya hanyalah kebajikan yang terpikirkan olehnya, hanyalah kebaikan yang terucap olehnya, dan kebaikan pula yang ia buat demi makhluk-makhluk seantero alam. (Dhammapada 183)
Pengetahuan Sejati
Ketika kita terjebak dalam permainan pikiran dan perasaan, maka kita selalu bertindak dalam keraguan. Untuk itu bisa diatasi bila kita terus mengembangkan serta menggali pengetahuan sejati. Dalam uraian Bhagavad Gita berikut akan diperoleh pemahaman lebih detail:
Pengetahuan sejati bukan hanya diketahui, tetapi bila kita ingin menggapai kebebasan atau moksha. Moksha tidak diperoleh setelah kematian. Bila rasa kebebasan dalam pikiran dan perasaan bisa dirait saat berata di dunia, maka setelah kematian pun, rasa kebahagiaan dari kebebasan pikiran serta perasaan terbawa sampai kehidupan sang roh setelah tubuh fisik tiada.
Kebebasan untuk berpikir mengakibarkan orang menjadi budak di dunia. Budak dari lingkungan dalam segala hal. Inilah neraka…