Tujuan Hidup
Banyak orang berasumsi tentang tujuan hidup. Namun benarkah kita benar-benar memahami? Kebanyakan orang berasumsi dengan jawaban yang begitu muluk dan tampaknya mulia. Ingin jadi penyelamat dunia… Ingin menjadi orang hebat bisa membuat dunia damai. Dan sebagainya…
Namun, mereka lupa bahwa tujuan kehadirannya di dunia semata untuk menyelamatkan diri sendiri. Tentu bukan dengan cara mengorbankan kesenangan ata kebahagiaan orang lain. Ingat akan dasar kehidupan kita dalam permainan kehidupan ini; Urip iku Urup.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Dalam buku Pustaka Suci Hindu by Anand Krishna , www.booksindonesia.com. Pada bagian Sãra-Samuccaya dituliskan:
Setiap makhluk lahir sendiri; ia tumbuh menjadi besar sendiri. Pun, karena perbuatannya sendiri, ia mengalami suka-duka sepanjang hidupnya. Kemudian, ia mati sendiri pula – meninggalkan dunia ini seorang diri.
Hidup Permainan
Hidup sebagai permainan atau permainan itulah hidup. Dulu kita kenal permainan ‘Ular Tangga’. Bagi generasi milenial mungkin permainan ini asing. Tetapi untuk kenal tidak sulit, bukalah mbah Google. Seprti itulah hidup kita; kadang di atas dan di lain wake di bawah.
Mari kita simak tayangan menarik video di bawah ini:
Tiada seorangpun bisa membuat kita menderita selama kita tidak mau. Sebagai contoh, ketika seseorang mengatakan sesuatu yang membuat kita sakit hati. Kita menjadi permainan orang tersebut bila kita menjadi sedih atau marah atas percatan orang tersebut. Sebaliknya, bila kita anggap yang disampaikan sebagai angin lalu, kita tidak bisa sakit hati. Kita hidup di bawah bayang-bayang kata.
Kitalah pencipta dunia sendiri. Suka duka yang kita alami adalah sebagai akibat ulah kita. Hukum dasar dari kehidupan adalah Sebab-Akibat. Keyakinan atau kepercayaan berlandaskan hukum ini. Inilah hukum alam. Jika kita mau bahagia, inilah hukum yang mesti kita gunakan: ‘Jika tidak mau disakiti, jangan menyakiti sesamamu’
Diri?
Tujuan hidup yang utama adalah membantu diri sendiri. Berdayakan diri. Pertanyaannya: ‘Diri yang mana?’
Diri yang selama ini tertidur oleh kenyamanan indrawi. Diri yang selama ini kita anggap sebagai tubuh atau pikiran serta perasaan.
Ya, Selma ini kita telah salah besar mengidentifikasikan arti ‘diri’. Kita membebani diri dengan segala sesuatu yang membuat kita terlena sehingga menjadi budak indra kita sendiri. Inilah pencipta suka duka bagi diri sendiri.
Dan tujuan utama dari kehidupan adalah melepaskan kondisioning yang disematkan oleh likngkungan kita tentang ‘Diri. Diri yang palsu. Diri yang mengakibatkan duka derita….