Banyak manusia menganggap Tuhan goblok jika mereka mengira bahwa dengan melakukan semua ritual agama bisa membodohi Tuhan. Saat manusia berbuat tentu sudah ada mekanisme yang mengatur dengan baik dan sempurna. Manusia seperberapa bumi. Bumi seperberapa galaksi. Galaksi Bima sakti yang kita tempati saat ini adalah satu di antara galaksi-galaksi lain.. Lantas ngapain juga Tuhan mengurusis kita???
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Alam ini berwarna-warni dan beraneka ragam. Itulah ke maha pintaran Tuhan. Manusia yang ingin menyeragamkan adalah karena botol (bodoh bin tolol). Tapi lucunya manusia merasa pintar dengan mengatur Tuhan. Tiada satu ritualpun bisa membantu jika tiada kesadaran untuk menjadi dirinya sendiri. Manusia sudah bisa menciptakan komputer. Darimana ide itu? Tentu Dia yang memberitahu, inilah cara kerja Dia. Kita membuat komputer untuk mempermudah kerja kita. Dia tentu punya lebih banyak cara untuk mempermudah pula.
Hukum sebab-akibat adalah hukum Nya. Tiada sesuatupun yang lolos dari hukum ini. Tapi masih saja ada orang yang ingin membodohi Nya. Merampok dan menebang pohon di Kalimantan, misalnya. Kemudian berbuat amal kebaikan di tempat lain . Menurut dia, dia bisa membeli dengan perbuatannya. Lantas siapa yang bodoh sekarang?? Kesadaran mengenai hukum alam dan takut hukum Nya adalah bukti kita menyayagi dan mengasihi Dia.
Bayangkan bumi ini sebagai rumah kita. Beberapa planet sejenis dikelompokkan menjadi 1 RT.. Kemudian terbentuk RW dan seterusnya. Mungkin saja galaksi ini diketuai oleh yang sejenis atau setipe gubernur. Dia di atas atau melampaui galaksi. Betapa kita berupaya mebodohi penguasa semesta. Jika ada yang menyangkal, tiada Tuhan.. Okelah, masalahnya kita sama-sama tidak tahu. Mungkin juga benar yang dikatakan Stephen Hawking galaksi tercipta bukan oleh Nya. So what, itu juga tidak menjadi masalah besar.
Kita selalu melihat ke jalan yang dilalui orang lain. Sering kali lupa mengamati jalan yang kita lalui sendiri. Sehingga tidak heran jika selalu kejeblos di lobang yang sama. Betapa bodohnya kita. Tapi itupun tidak masalah karena memang dunia ini seperti toko mainan bagi Nya. Semakin sering kita ke jeblos semakin senang Dia. Artinya toko ini akan berlangsung lama. Itu juga karena kita tidak semakin pintar belajar dari pengalaman sendiri. Inilah sebabnya di salah satu kitab suci dikatakan manusia hidup dalam keadaan merugi. Karena selalu mengulang pengalaman yang sama. Sementara keledai saja tidak mau jatuh di lobang yang sama unuk ke dua kalinya. Manusia????
Kita simak saja, banyak orang minimal mengucapkan AKU BERSAKSI…… Tapi mengerti tidak dengan kalimat yang diucapkan? Karena sibuk mengabdi kepada kenikmatan duniawi, lupak ita bahwa sebagai ciptaan seharusnya meningkatkan diri dari pemain menjadi saksi. Asyik terlibat dengan permainan. Mari kita menyimak kejadian yang baru saja terjadi. Seorang walikota kota hujan menikahi seorang istri ke 4. Umurnya? 18 tahun. Bagaimana lebih parahnya yang memilih. Pikirannya masih saja terpusatkan sekitar kenikmatan SELANGKANGAN. Bagaimana bisa punya energi memikirkan yang lebih mulia.
Lucunya lagi, ia memborong majalah atau tabloid yang menuliskan tentang kasusnya. Memang pakai duit sendiri? Tidak lah mungkin. Pasti duitnya masyarakat. Mau membodohi siapa ia? Bukankah dunia maya semakin terbuka bagi publik. Inilah contoh manusia yang membodohi Tuhan. Bukankah kita bertanggung jawab kepada diri sendiri?
Ingat cerita ini, saya teringat suatu cerita yang sangat indah. Ada seorang guru agama memanggil 10 orang anak didiknya. Ke sepuluh anak didiknya diberikan 10 ekor burung. Instruksinya jelas. Cari suatu tempat yang tiada orang, dan bunuhlah burung itu. Dan ke 10 anak itupun menyebar mencari tempat yang sepi untuk melaksanakan perintah sang guru. Tak lama kemudia 10 anak pun kembali. 9 orang kemabli dengan burung yang sudah dalam keadaan mati. Hanya satu anak yang membawa burung tetap dalam keadaan hidup. Dengan terheran-heran sang guru bertanya: “Tiadakah suatu tempat yang tiada orang sehingga kamu bisa membunuh burung tersebut?” Dengan kebingungan si anak menjawab: ” Saya sudah mencari tempat yang paling sepi, tapi ketika saya mau membunuh burung tersebut, tiba-tiba muncul pertanyaan, saya ini orang, lantas bagaimaan bisa mengikuti instruksimu guru?” Ahhhh…. ternyata si anak menyadari bahwa dirinya adalah manusia. Kemanusiaan masih ada dalam dirinya… So,….. bagaimana dengan kita????? Kemanusiaan kita dimana jika tetap saja kita mengikuti dorongan nafsu sendiri. Bukankah kita belum seutuhnya berhamba kepada Dia?
Kita sudah mengabaikan kemanusiaan kita sendiri. Dan berubahlah diri sebagai setan yang selama ini kita kutuk dan benci. Tidak heran saat kita menuding orang, hanya satu jari yang menunjuk orang, 3 jari lainnya menunjuk ke diri sendiri….