Bait lagu Indonesia Raya pesan sakral founding father yang tidak lekang oleh waktu. Saat pesan suci dilupakan, terpuruklah bangsa ke dalam jurang yang sangat dalam. Bagaimana tidak? Sang presiden tidak lagi malu menerima bintang kehormatan dari US tentang keberhasilan hidup keberagamaan yang rukun. Tetapi realitanya? Hanya orang buta dan tuli saja yang mengakui bahwa hidup keberagamaan di negeri tercinta terbenam ke jurang yang dalam.

Hanya orang tidak tahu malu lagi budek serta buta yang tidak mendengar sebagia penganut Ahmadiyah terisolasi di Bekasi. Hanya mereka yang pura – pura budek dan picek saja tidak mendengar warga gereja tidak bisa berdoa karena gerejanya di segel. Negeri ajaib adalah ketika sang presiden bisa menerima anugerah dari negeri paman Sam.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dimana budaya kita? Inlah saatnya kita sadar bahwa ternyata budaya adalah jiwa pendidikan. Pendidikan adalah jiwa bangsa atau negara ini. Ingatlah penggalan lagu Indonesia Raya:

………bangunlah jiwanya bangunlah raganya….

Kita lupa yang telah dilakukan Malaysia tahun 70 an. Mereka impor guru dari Indonesia untuk mendidik anak negeri. Kita lupa pada saat Jepang diserang bom tahun 1945 yang mereka tanyakan: “Berapa jumlah guru yang selamat?” Mengapa? Karena mereka sadar bahwa guru diperlukan untuk membangkitkan pendidikan di negerinya. Mereka sadar bahwa pendidikan adalah jiwa suatu negara atau bangsa. Manakala pendidikan bagus, tidak pelak lagi kebangkitan bangsa dijamin keberlanjutannya. Saat pendidikan terpuruk, saat itu juga kehancuran bakal dialami bangsa tersebut.
Apa jiwa dari pendidikan???

Jiwa dari pendidikan adalah budaya. Budaya sebagaimana arti sesungguhnya. Bukan budaya yan berarti kebisaan. Budaya korupsi, misalnya. Budaya jam karet, misalnya. Budaya berasal dari kata budhi dan hridaya. Budhi adalah nilai luhur dai perbuatan manusia. Hridaya adalah intisari. Jadi budaya berarti saripati nilai luhur dari perbuatan yang sering dilakukan oleh manusia.

Jika ingin menghancurkan suatu banga, hancurkan akar budayanya. Pameo ini sudah dikenal oleh bangsa – bangsa di seluruh dunia. Karena suat bangsa tanpa budaya tidak akan diakui eksistensinya di dunia internasional. Oleh karena itu tidak memgherankan jika Malaysia getol berupaya mengambil beberapa budaya negeri kita. Masih segar dalam ingatan kita bahwa beberapa saat yang lalu, Malaysia mendirikan museum budaya Melayu yang memiliki lontar sastra Melayu yang dibeli dari wilayah Riau dan Sumatera Barat. Tujuannya jelas, mereka ingin melestarikan budaya Melayu. Mereka banyak membeli lontar sastra dari negeri kita. Parahnya, banyak orang kita yang rela menjual harta berharga demi kepengan. Malaysia sadara bahwa tanpa budaya eksistensi mereka dianggap tidak ada.

Dan ternyata kita tidak sadar betapa bernilainya budaya untuk menjaga eksistensi negeri ini. Beruntungnya saat ini wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Wiendu Nuryanti, PhD sadar akan hal ini. Beliau sedang gencar membangkitkan cinta budaya negeri. Beliau sedang membangun Indonesia Berkarakter, budaya sebagai pilar. Dasarnya atau pondasinya adalah: Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, UUD 1945. Kemtiga landasan inilah jiwa dari pendidikan.

Pancasila adalah budaya bangsa ini. Bhineka Tunggal Ika adalah ajaran atau tinggalan dari Mpu Tantular. Jiwa pendidikan ini yang akan mampu membangun jiwa yang berkarakter.

Jika pendidikan sudah terisi oleh jiwa yang dari budaya, pendidikan sebagai jiwa bangsa akan membawa negeri ini mencapai kejayaannya.
Adalah tanggung jawab kita bersama untuk mengisi jiwa pendidikan. Semoga kurikulum nasional berlandaskan budaya sebagai jiwa pengisinya. Jika tidak atau hanya mengacu pada agama tertentu, tiada asa lagi yang bisa diharapkan oleh negeri ini…