‘…… BANGUNLAH JIWANYA, BANGUNLAH RAGANYA untuk Indonesia Raya..” itulah sepenggal kata dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya. Para fouding fathers kita sudah bisa memahami bahwa sesungguhnya bangsa ini bisa diselamatkan jika jiwa anak-anak Indonesia dikuatkan pondasinya, yaitu cinta tanah air. Yang dimaksud dengan jiwa dalam konteks ini masih sangat abstrak, sehingga perlu diperjelas secara spesifik. Pola pikir akan lebih mudah dimengerti. Berawal dari pola pikir yang sehat akan mendasari pertumbuhan jiwa yang sehat pula. Dengan demikian perubahan pola pikir merupakan kebutuhan mendasar menuju pembangunan jiwa dalam rangka pembentukan karakter manusia Indonesia.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Tentu untuk itu kita harus mulai dari sistem pendidikan yang mendukung, karena pendidikan adalah tulang punggung suatu bangsa Selama ini pola pendidikan kita belum mengarah pembangunan pola pikir yang menjadi dasar pembangunan jiwa. Pendidikan adalah juga kunci utama yang menentukan arah perkembangan suatu Bangsa. Dengan demikian sistem pendidikan yang kurang tepat justeru akan membawa arah perjalanan suatu bangsa ke jurang kehancuran. Keadaan bangsa yang terpuruk ini tidak dapat dilepaskan dari sistem pendidikan, dan khususnya cara kita mendidik anak-anak kita.

Orientasi pendidikan selama ini yang berkiblat pada ‘materi’, sehingga membentuk anak didik menjadi manusia yang hanya memikirkan diri sendiri. Sejak kecil kita diajarkan untuk ber pola pikir bagaimana sekolah setinggi mungkin agar bisa menjadi ‘kaya’.

Anak didik dituntut untuk ‘menggondol’ ijazah yang nantinya ‘ditukar’ dengan pekerjaan, demi kepentingan diri sendiri. Sistem pemberian ranking juga menjadikan anak egois dan bahkan mencari jalan pintas bagaimana agar dapat ranking satu. Anak didik diajari berkompetisi oleh orangtua yang ingin mewujudkan mimpi mereka lewat anak-anak mereka. Bahkan dengan mengintimidasi anak untuk hal itu. Anak boleh stress, boleh sakit tapi mesti ranking, mesti sarjana. Se akan-akan masyarakat hanya membutuhkan robot untuk melaksanakan tugas.Perolehan gelar sarjana, S2 dan sebagainya dibutuhkan agar kemudian dapat dijadikan begging bowl untuk mengemis pekerjaan.Itu semua mengakibatkan pola pikir anak didik menjadi tidak sehat alias sakit. Alhasil mereka tidak memiliki pola pikir yang membentuk jiwa entrepreneurship.

Guru, Orangtua dan Masyarakat ketiga-tiganya memiliki peran yang penting dalam hal mefasilitasi seorang anak untuk mengembangkan dirinya. Ke tiga nya harus sadar bahwasanya sebagai orangtua kita hanya mefasilitasi anak-anak agar mampu berkembang sesuai dengan potensi diri mereka, dan tidak memaksa mereka untuk mewujudkan mimpi kita. Nampaknya para orang tua belum menyadari bahwa sistem pola pendidikan yang berbasis intimidasi merupakan cara penyiksaan bagi jiwa anak. Inilah mungkin yang disebut pembunuhan karakter suatu bangsa secara sistematis, terstruktur dan masif.

Pendidikan berbasis pengenalan dan pengembangan pola pikir ber basis potensi diri akan mendorong terjadinya pembangunan jiwa yang sehat. Pengenalan budaya nusantara (kearifan lokal) yang mengajarkan budi pekerti luhur harus ditanamkan sejak dini. Mereka harus memahami kearifan lokal yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak lama. Pembangunan jiwa anak secara sehat akan mejadikan anak percaya diri, dan memiliki jiwa entrepreneurship yang tinggi.

Semakin banyak manusia berjiwa entrepreneurship dengan landasan : Will Power, Strong Wisdom, dan Excellent in Action di negeri ini, semakin tahan terhadap badai krisis ekonomi. Kebanggaan terhadap kekayaan budaya seni, tradisi luhur dan sumber daya alam melimpah seharusnya membangkitkan jiwa kebanggaan bagi anak negeri.

Hal ini akan membentuk anak bangsa bisa berdiri dengan dada tengadah serta sama tinggi dengan bangsa lain di dunia. Keadaan ini mesti dirubah. Dan, perubahan mesti terjadi lewat pendidikan, suatu revolusi terhadap sistem pendidikan. Yang dimaksud dengan pendidikan tentunya, adalah seluruh sistem dan paradigma, baik pendidikan formil maupun non-formil. Pendidikan dalam kelas dan di luar kelas.

Keterlibatan aktif dari kalangan profesi pengajar, Psikolog, dan Dokter sangat diperlukan dalam gerakan revolusi pendidikan di bumi Pertiwi. Tidak luput dituntut peran orang tua agar lebih peduli terhadap pendidikan anaknya demi bakti bagi nusantara yang tercinta.

Jayalah bangsaku, majulah negeriku.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone