Buku Dongeng Spiritual Sebagai Pembuka Cakrawala Pandangan Terhadap Masalah Yang Kita Hadapi Karena Berpikir Positip

Dalam salah satu Buku Dongeng Spiritual ini membahas secara detil beserta kisah yang sungguh mencerahkan, yaitu tentang berpikir positif. Selama ini bila menghadiri seminar atau workshop, para motivator terus meneruskan tentang pentingnya berpikir positif. Ternyata cara pandang tentang berpikir positif bisa mengatasi masalah adalah keliru besar.

Berpikir positif, selama ini dianggap sebagai mantra yang sangat hebat untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh banyak orang. Apa pun masalah yang dihadapi senantiasa dianggap negatif, sehingga digunakan antidotnya: Berpikir Positf. Namun yang terjadi malahan sebaliknya: masalah semakin ruwet.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Karena pada saat kita menggunakan mantra berpikir positif, kita sedang menafikan tentang penderitaan yang kita hadapi. Kita lupa bahwa keberadaan dunia ini terjadi sebagai akibat adanya dualitas: postif dan negatif. Begitu kita abaikan salah satu, penyelesaian solusi akan hilang. Solusi bisa diperoleh bila kita memahami negativitas dari masalah, baru kemudian kita cari bagaimana mengatasinya.

So, kuncinya adalah bagaimana kita memahami akar masalah. Inilah yang disebut sebagai BERSIKAP POSITIF. Kita menerima masalah yang kita hadapi terlebih dahulu, temukan ak

Buku Dongeng Spiritual

Hidup Mati Di Sini

ar masalah, dan kita menemukan solusinya. Inilah penyelesaian masalah secara utuh.

Berpikir positif berarti Kita meniadakan hal yang negatif. Bagaikan kita menyapu kotoran di lantai, kemudian kita membersihkan lantai kotor dengan cara menyimpan ko

toran tersebut di bawah karpet. Memang tampaknya bersih, tetapi kita lupa bahwa sampah tetap ada. Ada bahaya tersimpan yang bisa meledak pada suatu ketika. Bagaikan api dalam seam. Bahayanya inilah yang tidak disadari bagi para penganut paham berpikir positif.

Kutipan dari buku di atas:

‘Apa pun urusannya, berpikirlah positif! hasilnya apa? Dengan berpikir positif, kita tidak mampu melawan virus. Dengan berpikir positif, kita tidak bisa menghindari infeksi, bahkan maut.

Dengan berpikir positf, sesungguhnya kita hanyalah menciptakan rasa positif yang salah. Kemudian, perasaan positif yang salah memicu emosi palsu, dan menarik kepalsuan, yang kita tafsirkan secara salah sebagai perasaan positif.’ 

Kita lupa bahwa bunga Mawar menjadi indah karena pohon bunga Mawar ada dua hal: duri dan bunga. Tanpa adanya duri pada pohon bunga Mawar, ia tidak bisa disebut sebagai pohon Mawar.

Demikian juga bila kita ingin menggapai sesuatu juga harus bekerja keras. Tantangan dalam kehidupan ini menjadi daya dorong untuk menggapai kesuksesan. Tanpa hambatan tantangan, kesuksesan tidak akan dicapai. Hambatan dan tantangan bukanlah negativitas, namun bisa menjadi pemicu untuk mengatasi masalah.

Satu catatan menarik dari buku ini:

‘Law of Attraction, Hukum Ketertarikan, atau kadang disebut Hukum Tarik-Menarik, yang sesungguhnya adalah Terjemahan yang salah – selalu dikaitkan dengan Berpikir Positif: Berpikirlah positif, maka kau akan menarik positivitas. Apa betul demikian seperti itu? Tidak juga.

Buku Dongeng Spiritual Berkisah Tentang Tidak Dibutuhkannya The Law of Attraction

Pengalaman seorang gadis yang selalu di-bully karena dianggap tidak cantik, warna kulitnya hitam, wajahnya penuh noda bekas cacar. Jarang ada yang mau berteman dengannya, apalagi berjalan bersamanya.

Namun, Santi, gadis yang di mata orang adalah jelek, tidak pernah berkecil hati. Ia menemukan keindahan di dalam dirinya – keindahan berupa bakat memasak. Saudara-saudaranya mengejek, :baguslah untukmu, setidaknya bisa menjadi koki, tukang masak di warung pinggir jalan.”

Santi menerima ejekan tersebut sebagai tantangan, “Ya, tukang masak.” Ia menetapkan hatinya untuk bukan sekedar koki, bukan tukang masak sembarangan, tapi chef di hotel berbintang.

Ia belajar lewat You Tube, lewat acara-acara di TV, dan memberanikan diri untuk mengikuti lomba masak yang diselenggarakan oleh salah satu televisi nasional. Untuk itu, Santi mesti mengikuti acara-acara persiapan, kadang hingga larut malam.

Keluarga Santi Tidak Mendukung, “memang gampang mengikuti lomba nasional. Buang-buang waktu saja.”

Hanya ibu Santi saja yang masih tetap mendukung…..tapi, suatu sore ketika Santi pulang ke rumah lewat jam 10 malam, ia pun tidak bisa menahan dirinya, “sudah Santi, cumul sudah. Kamu membuang banyak waktu. Lihat kakak dan adikmu sudah berkeluarga. Ibu pusing, siapa yang mau sama kamu.”

Santi tidak menjawab. Ia masuk ke dalam kamar dan mengunci dirinya. Malam itu, ia betul-betul terpukul, ternyata ibu pun hanya memikirkan tentang jodoh, tentang siapa yang mau sama aku..

Padahal, sepanjang hari itu ia berada di studio rekaman, tempat berlangsung lomba masak off air. Rencananya, acara tersebut baru disiarkan keesokan harinya. Ia sengaja tidak memberitahu siapa-siapa, karena mais ragu dengan hasilnya.

Santi Mengeluarkan Piala yang berhasil diraihnya sebagai pemenang nomer dua, dan ditaruhnya di atas meja bersama dengan sebuah amplop berisi cek senilai 20 juta sebagai hadiah yang diraihnya.

Salam itu, ia meninggalkan dunia fana ini, karena merasa tidak berguna bagi siapa-siapa, khususnya bagi keluarga. Hasil pemeriksaan medis menunjukkan serangan jantung masif sebagai alasan kematiannya.

Apa yang kita pelajari kisah tragis Santi?

Alasan kematiannya bukanlah kegagalan, tetapi keberhasilan. Ia juga bekerja keras, tidak hanya mengandalkan law of attraction – membayangkan kemenangan dan menjadi pemenang. Santi tidak mempercayai kekuatan yang ada dalam dirinya. Ia melupakan keindahan dari dirinya dengan cara menemukan potensi diri sebagai ahli masak yang profesional. Dan ini dibuktikan dengan perolehan piala dan hadiah.

Ia masih bergantung pendapat orang lain………..