Betapa selama ini kita tidak menyadari permainan emosi. Dalam kegelapan seutas tambang tampak seperti ular. Dalam cinta tai kucing rasa coklat, kata alm. Gombloh. FEAR adalah singkatan emosi palsu alias tidak nyata tetapi tampak nyata. (Baca: FEAR MANAJEMEN by Anand Krishna, www.booksindonesia.com). Dan lucunya kita semua merasa nyaman di zona ini. Zona kenyamanan.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Siapa bilang ada orang miskin? Mereka yang merasa miskin adalah orang yang selalu mencari harta kekayaan… Jika demikian definisinya, semua orang yang diperbudak hidupnya semata untuk mencari harta tanpa mengerti ceiling atau plafond pembatasan adalah orang miskin. So, jika kita memiliki intelejensia yang semakin berkembang tentu bisa membedakan mana ketakutan mana memang mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhan…
Fear atau ketakutan selalu mengajarkan manusia untuk FIGHT or FLIGHT. Bertarung menghadapi sesuatu masalah atau melarikan diri dari masalah yang dihadapinya. Tanpa memahami arti dari FEAR, kita tidak bisa mengatasi permasalahannya. Seharusnya kita mampu bertindak beyond emosi. Dan kita bisa. Kita adalah penguasa rasa kita sendiri. Kita bukan budak perasaan.
Suatu singkatan yang tepat dan bisa mengatasi masalah ketakutan itu sendiri.
FEAR–> False Emotion Appearing Reals..
Emosi palsu yang tampak nyata….
Perhatikan gelombang laut. Adakah gelombang itu? Jika kita hanya melihat gelombangnya saja, memang ada. Tapi setelah itu, kemana perginya gelombang? Kembali menjadi air laut. Tidak ada gelombang yang sama persis bentuk maupun kekuatna menghancurkannya. Gelombang adalah sesuatu yang sifatnya sementara sebagaiman perasaan kita. Sementara. Kesedihan? Kesenangan? Kepedihan? Semua bersifat sementara. Sedikit sekali orang yang hidup dalam kesedihan terus menerus. Awan di langit. Ada kemudian sesaat lagi tiada. Semua bersifat sementara.
Namun akibat yang ditimbulkannya? Nyata…. Emosi pun demikian. Sesaat saja terjadi. Namun sayangnya dampak yang diakibatkannya sungguh nyata. Gelombang yang menghantam kapal. Gelombangnya hilang, akibat kerusakan kapal, benar-benar real dan menimbulkan kerugian.
Emosi palsu pun demikian. Kesedihan hilang tetapi akibat kesedihan itu masih ada. Dan kita kemudian menyesalinya. Kemarahan sesaat. Karena sesuatu hal kita marah dan membanting piring misalnya. Kemarahan itu sesaat kemudian hilang, tapi piring tetap pecah. Dan kita harus beli lagi. Uang dan waktu terbuang. Selain itu ada sebagian dari diri kita yang terlukakan. Otak juga mengkerut. Pastinya ada anggota atau denyut jantung kita terganggu. terganggunya denyut jantung ini akan mempengaruhi kinerja organ tubuh. Jika ini terjadi semakin sering, tidak dapat dihindari akan timbulkan berfbagai macam penyakit. Kita sendiri yang mengalami kerugian.
Menyadari bahwa emosi sesaat ini palsu, kita harus mengingatkan diri sendiri bahwa memperturutkan hawa nafsu sesungguhnya tidak membawa manfaat bagi diri. Emosi ini suatu energi yang terus menumpuk dalam diri dan akan terus menggerogoti jiwa…
Energi yang merusak ini sangat fatal terhadap otak. Banyak orang kena penyakit akibat FEAR… Sesuatu yang palsu tetapi menyakitkan. Jiwa kita semakin terikat pada perbudakan duniawi. Keinginan untuk memperoleh jabatan akan mengarahkan pikiran untuk melakukan apa saja. Begitu jabatan diperoleh, kesombongannya meningkat. Kekuasaan yang diperolehnya akan semakin mendorong ke dalam jurang kesengsaraan. Ia hanya bangga sesaat. Ia masih belum mampu membedakan mana emosi mana rasa yang ada dalam dirinya… Ia masih dalam wilayah intelektual, belum masuk ke wilayah intejensia. Keilahian…
Kita selama ini takut hantu. Coba kita renungkan, adakah hantu bisa membunuh? Tidak bisa.. Jika pun ada yang meninggal karena melihat hantu, itu terjadi karena ulahnya sendiri. Bagi saya, lebih menakutkan yang hidup. Bisa mencekik, memukul, mefitnah, dan sebagainya. Hantu? Dibiarkan saja juga hilang. Capek sendiri dia jika kita tidak takut. Sesungguhnya juga mereka tiada maksud menakuti, hanya ingin berkomunikasi. Itupun terjadi karena mereka tidak sadar bahwa sudah meninggal. Sudah tinggal di beda dimensi. jadi matipun perlu kesadaran….
Marilah kita sadarkan diri sendiri akibat F.E.A.R ini terhadap jiwa kita serta kesehatan sendiri…..