The Matrix
Pertama sekali nonton film The Matrix (1999), saya belum bisa mengerti nilai spiritualitasnya. Setelah belasan tahun kemudian, saya baru mengerti bahwa tampaknya (ini asumsi saya), seperti panggung sandiwara dunia ini.
Dalam buku Bhagavad Gita by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com:
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
“Kuliputi alam semesta dalam keilahian serta kemuliaan-Ku yang tak nyata. Semua makhluk bagaikan ide-ide yang berada di dalam diri-Ku. Sebab itu, sesungguhnya Aku tidak berada di dalam diri mereka.”
Memang tiada satu pun dari kita yang tahu tentang Tuhan. Semuanya hanyalah asumsi karena keterbingungan kita semua. Dia Tuhan yang tidak terbayangkan. Bagaikan para pemain film The Matrix yang digambarkan dalam cerita tersebut juga tidak mengerti si pembuat film dan pecan yang aka diberikan.
Cerita Film
Diceritakan bahwa seseorang yang bernama Neo membuat suatu game yang bisa dimainkan dengan komputer. Dan ada beberapa orang, termasuk Neo yang bisa massue dalam arena game dalam komputer tersebut. Dan dalam film tersebut, took Neo menjadi jagoannya.
Seandainya Dia yang kita sebut Tuhan juga memiliki seperti si Neo dan teman-temannya, maka kapan saja Dia ingin melibatkan diri dalam permainan atau game dalam rangka menyampaikan jati diri para pemain yang juga semata untuk keselamatan diri mereka sendiri.
Karena sang Tuhan juga Sang Maha Kuasa, maka kita tidak bisa membatasi kemauan Nya. Dia mau menjelma jadi Krishna dalam epos cerita Mahabarata yang mengatur terjadinya Bharata Yuda, dan juga menjadi pemenangnya dalam kerangka besar menegakkan Dharma atau kebenaran yang menunjang eksistensi alam.
Dalam buku Bhagavad Gita banyak mengandung pesan agar manusia kembali menyadari jati diri sejatinya.
Panggung Sandiwara
Kita semua bagaikan para pemain. Kemudian menjelmalah Dia menjadi sosok manusia yang bernama Krishna, sang jagoan, yang mengatur dan juga bisa memenangkan para Pandawa. Semua dari kita adalah ide-ide Dia, bagaikan kita berpikir tentang satu skenario sandiwara dengan lingkungan kita.
Bila komputer bisa kita asumsikan dengan pikiran Tuhan, maka pikiran Nya meliputi skenario pembuatan game, tetapi Dia tidak ada dalam para pemain dalam game tersebut. Tetapi memiliki kuasa untuk mengubah atau mengatur permainan. Bahkan Dia pun bisa menjelma menjadi jagoan dalam game tersebut sehingga pola permainan sebagaimana yang diinginkan oleh Nya.
Kehidupan kita
Kita bisa mengkaitkan dengan kehidupan kita saat ini.
Setiap dari kita memiliki pikiran yang tidak terbatas. Dan uniknya, setiap pikiran memiliki frekuensi getaran yang berbeda. Pola getaran pikiran seseorang berkaitan erat dengan tanggal kelahiran serta jam, menit sampai detiknya. Sehingga tidak satu pun kita memiliki frekuensi getaran sama.
Ketika kita mau berhubungan dengan seseorang bisa terjadi. Karena kita ‘mau’ menyamakan kualitas frekuensi getaran pikiran. Terjadinya karena kita yang mau, keterbukaan dari kita. Bila kita menyadari hal ini, sesungguhnya kita bisa tidak tersakiti atau mengalami penderitaan dikarenakan ulah orang lain. Putuskan saja keterhubungan pikiran kita dengan orang tersebut. Dengan kata lain, pindahkan frekuensi getaran pikiran kita. Kita bisa disakiti karena kitanya yang mau. Bukan karena ulan orang lain.
So, kita sesungguhnya pencipta dunia atau alam kita, silakan baca ini.
Mau jadi baik atau bersifat ilahi juga kita sendiri. Silakan baca ini.