Yoga bukanlah hanya gerakan sebagaimana yang dikenal oleh banyak orang saat ini. Yoga sebagai jalan hidup berarti harus melakoni delapan (8) jalan sebagaimana yang disebutkan dalam Yoga Sutra Patanjali di bawah ini:
“Yama, Disiplin atau Pengendalian Diri untuk menghindari segala hal yang tidak menunjang tujuan kita; Niyama atau Pedoman Perilaku untuk hidup berkesadaran; Asana atau Postur-postur, gerakan untuk memperbaiki sikap hidup; Pranayama atau Pengaturan Energi atau Aliran Kehidupan lewat Pengendalian, latihan pernafasan; Pratyahara atau Menarik Diri dari segala godaan; Dharana, fokus atau Kontemplasi; Dhyana atau Meditasi; dan Samadhi, Keseimbangan Diri, Kesadaran, Kemanunggalan, atau Pencerahan. Inilah 8 bagian dari Tubuh Yoga-Astanga Yoga”
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
(Yoga Sutra Patanjali by Anand Krishna, www.booksindonesia.com)
Delapan jalan ini satu kesatuan yang utuh tidak dapat hanya diambil satu saja. Inilah sebabnya yoga yang dikenal saat ini bukan lah Yoga sebagaimana dikenal dalam YOGA sebagaimana judul di atas. Hidup dala YOGA berarti melakoni Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dhararana, Dhyana, dan Samadhi.
Delapan bagian yang disebutkan di atas tidak bisa dipisahkan. Semuanya harus dijalankan secara satu kesatuan. Melakoni secara utah delapan bagian tersebut, maka baru seseorang bisa disebutkan sebagai pelaku YOGA. Ia adalah seorang Yogi. Meditasi atau pada umumnya dikenal sebagai silent sitting adalah bagian dari yoga. Dan pada umumnya ini dianggap meditasi, ini bagian dari upaya menjadikan meditasi sebagai gaya hidup sehari-hari.
Silakan simak penjelasan di bawah ini:
Yoga yang dikatakan untuk kesehatan hanya mencomot satu bagian saja, Asana. Ini bukanlah Yoga sebagaimana pemahaman asli yang dibawa oleh Rsi Patanjali. Tujuan Yoga sebagaimana yang diperkenalkan oleh Bhagawan Patanjali bertujuan lebih mulia, penyatuan dengan Sang Jiwa Agung.
Jika hanya mencomot gerakan saja, kesehatan pun belum tentu diperoleh, apalagi jaminan hidup yang layak. Delapan bagian yang dijelaskan oleh Patanjali bagaikan kaki, tangan, kepala serta bagian tubuh lainnya pada diri kita. Satu pun tidak boleh ditinggalkan. Semuanya sama pentingnya.
Hidup dalam YOGA dijamin akan mendapatkan kemuliaan hidup. Dijamin. Bagaimana tidak? Jika kita melakoni Yama atau Pengendalian Diri meliputi: ‘Ahimsa (Tidak Menyakiti); Satya (Kebenaran atau tidak berbohong, tidak berdusta; Asteya (tidak mencuri atau tidak menyalagunakan kepercayaan, amanah, wewenang, dan sebagainya; Brahmacarya (menghindari kegiatan seks yang tidak lazim, maksudnya adalah pengendalian nafsu syahwat. ; Aparigraha (tidak menimbun harta atau sesuatu ,melebihi kebutuhan).’ (Yoga Sutra Patanjali)
Niyama: ‘Sauca, kebersihan, kesucian, atau kemurnian; Samtosa atau Kepuasan Diri; Tapah, tapa atau disiplin diri untuk tujuan spiritual murni; Svadyaya, belajar sendiri atau mempelajari Diri; Isvara Pranidhana atau Penyerahan Diri pada Ia Hyang Bersemayam dam diri setiap makhluk.’ (Yoga Sutra Patanjali)
Yang ke-3 barulah Asana, postur tubuh. Gerakan ini pun tidak bertujuan utama untuk kesehatan, tetapi gerakan untuk memperbaiki sikap hidup. Mengapa demikian? Ketika seseorang berhasil memperbaiki sikap hidup, dengan sendirinya ia pasti sehat. Dan lucunya, gerakan yang dilakukan sebagaimana yang disarankan oleh Rsi Patanjali juga tidak sulit. Harus nyaman, mengapa? Karena Rsi Patanjali memahami bahwa tubuh ini sebagai kuil Tuhan untuk bersemayam. So, janganlah berbuat kekerasan terhadap tubuh. Pendek kata: Jaga kenyamanan tubuh. Ini yang kurang dipahami oleh pelaku yoga saat ini.
Pranayama bertujuan pengaturan aliran hidup atau prana. Caranya dengan cara latihan pernafasan. Dalam buku Seni Memberdaya Diri dan Neo Zen Reiki oleh penulis yang sama, Anand Krishna disebutkan ada 5 lapisan kesadaran, Tubuh, Prana, Mind, Intelejensia, dan Spiritual. Saat prana atau aliran kehidupan baik, maka terjadi sinkronisasi antara lapisan mind dan tubuh. Jika prana atau life force kacau, tak pelak atara tubuh dan mind pasti tidak harmonis. Oleh karenanya, latihan pernafasan amatlah penting demi terciptanya hubungan yang harmonis antara pikiran dan tubuh.
Pratyahara adalah penarikan diri dari segala godaan dari panca indra atau kenyamanan badani. Namun bukan berarti harus menyepi dengan menyiksa diri. Lakukan dalam batas moderat. Tidak berlebihan juga tidak kekurangan.
Sedangkan yang tiga terakhir merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan: Dharana, Dhyana, dan Samadhi.
Penyatuan dengan Ilahi pun menjadi keniscayaan………
Sulit??? Ya setuju, tetapi tidak ada jalan lain jika ingin menggapai tujuan hidup manusia. Satu dan sama tujuan hidup manusia:
MENYATU DENGAN SANG MAHA SUMBER AGUNG