Banyak teori tentang kemanunggalan. Manunggaling kawulo-gusti. Seakan seseorang yang sudah bisa atau mencapai tahap manunggaling-kawulo gusti sudah hebat. Boleh saja dikatakan hebat, tetapi hebat yang bagaimana?

Apakah ketika seseorang bisa mengangkat beban sekian ton dengan ujung jari atau menghembuskan api dari mulutnya ataupun bisa terbang atawa bisa menghilang bisa dikatakan hebat?

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Sayang sekali pemahaman yang demikian. Bukan kah itu pemahaman tentang kehebatan yang tampak dengan mata? Kehebatan luaran ataupun haus akan pujian orang lain bukan lah tujuan para pejalan sunyi atau Inner Journey. Para pejalan spiritual tidak menginginkan kehebatan sebagaimana yang difahami mayoritas manusia. Kenyataannya mayoritas manusia bukan menjadi idealisme pejalan spiritual.

Pejalan spiritual memahami bahwa penyebab utama keberadaannya di bumi saat ini karena kelalaian masa lalu. Ini yang menyebabkan keberadaannya di bumi. Berada di bumi berarti harus mengulang pelajaran yang tidak lulus. Dimana enaknya mengulang? Sama saja jika kita sekolah kemudian tidak naik kelas. Dengan kata lain mengulangi keberadaan di bumi karena kita masih bodoh dan belum lulus naik ke level berikutnya. Apa yang dibanggakan?

Mayoritas manusia membanggakan diri hebat secara fisik sesungguhnya belum memahami bahwa kita lahir akibat penyakit masa lalu. Penyakit fisik juga. Kehebatan fisik atau luar biasa hanyalah bagi kesadaran tubuh.

Manunggal berarti penyatuan. Tepatnya menyadari bahwa kita dan pencipta berada dalam satu kemanunggalan. Tidak perlu menunggu setelah kematian. Kemanunggalan sudah terjadi saat hidup di dunia. Yang dibutuhkan adalah kesadaran diri.

Mereka yang menyadari bahwa kemanunggalan terlah terjadi akan menjalani laku:

Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan

Sesungguhnya saat kita berbuat kekerasan terhadap orang lain sama hal nya kita berbuat kekerasan terhadap diri sendiri. Koq bisa???? Mau bukti????

Sangat mudah temans……

Sangat mudah tuan dan puan……

Dan hebatnya ini sudah dibuktikan secara ilmiah…..

Sebagai contoh, kita berpikir buruk terhadap orang sesungguhnya kita sudah menyakiti diri sendiri. Koq bisa?

Pertama, pikiran kita adalah getaran. Saat kita berpikir buruk, saat itu kita memancarkan vibrasi negatif. Karena tubuh kita terdiri dari 60-70% cairan, sebelum pikiran buruk kita diterima orang lain, tubuh kita yang >50% cairan sudah tercemar dahulu. Karena cairan memiliki daya rekan tinggi, Prof. DR. Masaru Emoto berhasil membuktikan bahwa air memiliki daya serap informasi sangat tinggi. So, saat kita berpikir buruk, rekaman vibrasi negatif tersimpan dalam tubuh kita. Akibatnya jelas, tubuh kita menjadi rusak atau sakit.

Saat kita berpikir buruk, stres dari pikiran kita akan mempengaruhi ritme detak atau denyut jantung. Ada korelasi sangat erat antara kerja denyut jantung dan pikiran. Pikiran kacau, denyut nadi juga kacau. Jika detak jantung terlalu cepat atau lambat akan mempengaruhi sirkulasi darah. Akibatnya kemudian sangat mudah ditebak, tubuh menjadi sakit.

Belum lagi bila pikiran telah termanifestasi menjadi ucapan dan kemudian dilajutkan dengan tindakan. Hal ini akan merusak tubuh kita. Kesadaran ini yang menghantarkan kita akan kemanunggalan.

Menyakiti orang lain sama saja menyakiti diri sendiri. Seorang master yang lahir di wilayah kekuasaan para raksasa mengatakan: ‘Saat kau menyakiti atau membunuh seorang pun, sama saja menyakiti atau membunuh semua makhluk.’ Yang saya maksud dengan ‘raksasa’ di sini bukan lah arti secara harfiah. Silakan direnungkan sendiri.

Sebaliknya, saat kita berbuat baik terhadap orang lain bukan berarti kita membuat keuntungan bagi orang lain. Kita sedang menciptakan kebaikan terhadap diri sendiri. Ini uraiannya.

Saat kita berpikir, berucap dan berbuat baik terhadap orang lain, sesungguhnya kita yang mendapatkan manfaat pertama dan utama adalah diri kita sendiri. Pikiran baik membuat cairan dalam tubuh kita menjadi sehat. Ucapan dan tindakan baik terhadap orang lain membuat tubuh kita sehat. Suatu ketika kita berbuat baik terhadap orang lain, hati kita sangat bahagia. Beda ketika kita menyakitim orang lain, kita bilang bahwa kita puas. Bukan bahagia……

Kemanunggalan bukan lah teori. saat kita menjelaskan, kita menggunakan pikiran. saat itu kita sedang berfilsafat. Kemanunggalan adalah action bukan filsafat. Saat kita berteori kita menggunakan pikiran. saat pikiran terlibat yang berperan adalah EGO. Inilah yang disebut knowingness. Hati-hati……….