Banglore, India menjadi kota CYBER DUNIA…

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Tidak perlu meniru menjadi negara industri, Pertanian, Perikanan, dan Pariwisata adalah kebutuhan semua manusia yang tiada henti…

Ketika aku memperhatikan lagi tanah air kita. Aku begitu bahagia dan bangga, jangan melihat kondisi manusianya dan perilakunya. Tanah yang subur. Nggak percaya, coba lempar saja satu batang singkong. Beberapa bulan kemudian akan kau petik hasilnya, singkong. Mungkin orang Arab dulu melihat hal ini. Ketika mereka membandingkan dengan keadaan tanah ditempat kelahiran mereka, diambillah kesimpulan itulah surga. Jangan lupa mungkin mereka juga zaman dulu pernah ke Bali. Dimana para wanita mandi bertelanjang dada. Sehingga mereka membayangkan surga seperti keadaan tanah air pada waktu itu.

Coba kita lihat keadaan laut. Bukan main. Hasil ikan tentu melimpah ruah. Bahkan nelayan asing saat sekarangpun masih menjarah ikan di perairan kita. Tindakan patroli kita? Hampir tidak ada. Berapa besar kekayaan laut yang hilang setiap harinya. Jadi sesungguhnya dari hasil kelautan kita, bangsa Indonesia bisa hidup makmur dan sejahtera. Belum lagi kekayaan wisata bahari. Seandainya dikelola secara professional. Tidaklah merupakan keniscayaan turis asing berdatangan. Puluhan,ratusan, bahkan ribuan dolar akan dihasilkan.

Budaya kita yang unik dan beraneka ragam. Merupakan daya tarik yang luar biasa. Wisata asing akan berduyun-duyun untuk menikmatinya. Bukti nyata, Bali. Mengapa turis asing sangat tertarik datang ke sana? Jawabannya jelas, budaya dan indahnya pemandangan alam Bali. Masyarakat Bali yang masih begitu kental dengan tradisinya, mempunyai nilai jual tinggi. Menyikapi keadaan ini seharusnya ada kebijakan untuk mempertahankan orisinalitasnya. Janganlah tercemar oleh budaya luar. Keunikan yang tidak akan diperoleh ditempat lain harus tetap dilestarikan. Keadaan kehidupan yang kebarat-baratan saat ini telah menurunkan nilai jual wisata Bali. Keberadaan mall dan café bergaya barat telah menurunkan nilai wisata. Kenapa mesti mall dan café gaya barat? Seandainya pasar tradisional yang dikelola dengan bersih dan sehat, tentu akan mempunyai nilai jual lagi. Café? Ubah style warung lokal dan dikelola secara tradisional serta higenis, sajikan hidangan lokal yang higenis.Tampil beda, itulah kunci sukses. Jangan meniru. Itulah alasan utama mengapa para turis mancanegara datang ke Bali. Khas kedaerahan yang mereka cari dan nikmati. Tentu saja tidak akan didapatkan di tempat lain. Inilah contoh skala kecil dari Indonesia. Seandainya masing-masing daerah mampu memelihara budaya seperti yang ada di Bali, tentu bisa menarik dolar masuk ke Indonesia dengan deras. Sayang kondisi budaya dan seni kita rusak oleh pengaruh agama tertentu. yang menyedihkan lagi salah satu petingginya pernah berkata : ‘Museumkan saja budaya Indonesia’ Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa Majapahit dan Sriwijaya bukanlah penggalan perjalanan sejarah eksistensi bangsa Indonesia. Mamang Sriwijaya dan Majapahit bukan wilayah Indonesia? Lupa mereka akan nenek moyangnya. Lalu tulang belulang nenek moyang siapa yang ditemukan di desa Trinil, Solo?

Untuk bertahan hidup yang kita perlukan : makan. Tanah kita sangat subur untuk pertanian. Jadi sesungguhnya kebutuhan dasar telah bisa terpenuhi. Dengan lahan yang subur seharusnya kita syukuri Waktu aku masih SD, guruku mengajari bahwa kita adalah negara agraris. Seandainya tanah subur ini dikelola secara tepat. Intensifikasi tanah pertanian dan kembangkan varietas tanaman unggul, bukan untuk lahan industri seperti sekarang ini. Cikarang misalnya. Kenapa kita tidak mencontoh Thailand? Papaya, durian, dan jambu Bangkok. Siapa yang tidak tergiur untuk membelinya? Kita punya lahan subur yang sangat mungkin untuk menghasilkannya. Apakah dosa kita? Karena kita hidup tidak harmonis dengan alam. Bagaimana tidak. Tanah di pulau Jawa sebagai lahan subur di rubah menjadi lahan industri. Artinya kita menyia-nyiakan berkah Illahi. Bahkan dulu kita pernah punya keinginan untuk menjadikan tanah gambut di Kalimantan menjadi sawah sejuta hektar. Waraskah pikiran ini? Sampai sekarang saya belum dapat jawabannya. Tanah/lahan subur ditimbun untuk industri. Tanah gambut mau dijadikan sawah untuk tanam padi. Buang uang saja bila kita melawan mekanisme alam. Kita lupa bahwa sebagai khalifah Allah di atas bumi harus tetap menjaga serta turut melestarikan alam. Itulah arti bahwa kita berketuhanan. Dengan memperhatikan melimpahnya kekayaan alam yang kita miliki, sebenarnya mengherankan sekali kalau bangsa ini bisa jatuh miskin.

Marilah kita mulai dari diri kita sendiri untuk menghargai budaya luhur dan hidup selaras dengan alam.