Ketika saya kecil saat masih sekolah di Sekolah Dasar (SD), bapak atau ibu guru mengajarkan bahwa negara kita adalah negara yang berbasis agraris atau pertanian. Itulah sebabnya bangsa Belanda datang ke Indonesia atau nusantara. Mereka datang untuk mencari rempah yang sangat dibutuhkan di negara mereka. kedatangan mereka bukan mencari alat perisdustrian. Meraka sudah lebih maju dalam hal industri.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dan kebanyakan dari kita tidak tahu bahwa saat Belanda datang ke nusantara, keuangan negaranya dalam keadaan defisit dan menanggung hutang terhadap beberapa negara Eropa. Setelah mereka berhasil menguasai rempah dan dijual ke daratan atau negara Eropa, keuangan mereka perlahan pulih dan akhirnya keuangan Belanda surplus. Bukan lagi penghutang.

Thailand memahami potensi bumi mereka. Siapa yang tidak tahu bahwa produk pertanian mereka menguasai pasar. Durian monthong, jambu bangkok, dan beras mereka ekspor. Mereka sadar akan potensi tanah mereka, oleh karenanya mereka intensifkan lahan subur mereka untuk pertanian. Intensifikasi dan verifikasi pertanian sangat mereka kembangkan.

Kita bangsa Indonesia? Silakan baca ini. Sangat sedih. Yang angkatan tua tentu masih ingat saat era Orde Baru dengan program sawah sejuta hektar di Kalimantan. Hasilnya? GaTot alias gagal total. Mengapa??? Karena kita melawan alam. Proyek yang menentang alam dapat dipastikan gagal.

Kita memiliki pulau Jawa dan Sumatra yang subur untuk menghasilkan pertanian. Tetapi yang kita lakukan menutup atau mengubah lahan yang subur jadi area industri. Karawang dan yang lainnya yang dahulu diunggulkan sebagai lumbung padi. Sekarang semua disulap jadi lahan industri. Kita telah melawan alam. Oleh karenanya tidak mengherankan jika kita dikutuk oleh bumi. Kita telah bertindak tidak selaras dengan potensi yang dianugerahkan oleh Tuhan. Lahan yang subur untuk pertanian. Kita telah mengabaikan anugerah yang diberikan Tuhan.

Kita hanya mengandalkan intelektual tidak mengunakan kecerdasan intelejensia. Kecerdasan intelejensia berarti hidup selaras dengan alam. Dengan potensi yang telah ada pada diri kita. Akibat kita hanya bersandar pada intelekual, kepintaran ego manusia, kita terperosok semakin dalam. Seakan kita bisa menguasai alam. Tidak ada salahnya memanfaatkan alam selama selaras dengan potensinya.

Masih ada kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Ubahlah cara hidup kita dari konsumtif terhadap barang industri ke pola hidup agraris. Makan dan minumlah dari hasil pertanian dalam negeri. Dari hasil penelitian terbukti bahwa makanan yang paling cocok bagi badan kita adalah hasil tanaman dari tanah sendiri. Mengapa?

Karena kita dilahirkan di daerah yang sama.Sehingga produk makanan yang paling sesuai juga yang berasal dari tanah kelahiran. Kembali kita terjebak oleh pikiran atau anggapan bahwa produk dari luar lebih baik dari dalam negeri. Kita tidak bisa lebih baik hidup dengan hasil pertanian yang berasal dari tanah kelahiran sendiri. Semua ada aturannya. Bukan suatu kebetulan kita lahir di negeri ini….

Jika mau lepas dari kutukan bumi, kembalilah ke Ibu Pertiwi. Sayangi dan cintai budaya dan hasil pertanian dari negeri sendiri. Jangan lagi menutupi potensi anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan. Bumi yang subur untuk menghasilkan pertanian… Dan juga budaya. Jika kita mengabaikan budaya asing dan mematikan budaya lokal atau asli, tinggal tunggu saatnya kita punah…