Kemuliaan
Kemuliaan merupakan jati diri manusia. Karena memang ia berasal dari sifat yang mulia. Adalah kedunguan kita sendiri bila kita mengabaikan kemuliaan yang embedded pada setiap manusia. Pada setiap insan sıfat yang satu ini sudah melekat karena kita semuanya berasal dari Dia Yang Mulia. Bagaikan perjalanan percikan air laut. Bila ingin mengerti sifat atau karakter air laut, kita tidak butuh meneliti seluruh air laut, cukup dari percikan air laut dapat diketahui kandungan mineral apa yang ada di lautan.
Ketika sang Jiwa Mulia mulai permainannya sendiri dengan mengambil bentuk di bumi, sang jiwa mulai sedikit demi sedikit melupakan jati dirinya. Bahkan kadang sang jiwa terlarut ke dalam bentuk buatannya sendiri. Puncak bentukan pengalaman diri ketika menjadikan sebagai sosok manusia. Total sang Jiwa lupa akan jati diriNya.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Rasa manis gula
Ya, sifat mulia itu bagaikan rasa manis gula yang sudah melekat. Inilah sifat dasar gula yang terbuat dari tebu. Demikian pula kemuliaan dalam diri manusia yang selama ini belum terungkapkan. Bagaikan kecemerlangan berlian setelah diasah atau digosok.
Sifat mulia juga berarti kasih bagaikan kilauan berlian yang belum diasah ketika diambil dari tambang. Rasa kasih itu tidak perlu dicari, yang dibutuhkan hanya menyadari bahwa dałam dirinya ada kilauan permata mulia. Keahlian seorang pemahat untuk membuat batu permata menjadi batu mulia.
Kemuliaan Nya bagaikan permata dengan banyak sisi.
Kesadaran
Menyadari adanya permata kemuliaan dalam diri, seorang yang mengalami pencerahan akan terus berupaya membersihkan daki kotoran yang menutupi kilauan sifat itu. Upaya untuk menjaga kilauan kesadaran merupakan pekerjaan seumur hidup sampai suatu ketika sang tubuh tidak lagi layak untuk dipertahankan berada di atas bumi. Saat orang tersebut meninggal dalam Kesadaran, maka baru bisa disebutkan sebagai seseorang yang sadar.
Karena selama hidup, mereka yang dikatakan cerah berjalan di atas intelejensia. Intelejensia adalah mind yang sudah digosok dari lumpur yang menutupinya selama ini. Ketika di path intelejensia pun manusia yang dalam perjalanan menuju gerbang alam sadar masih bisa tergelincir. Dalam Bhagavad Gita by Anand Krishna intelejensia pun masih memiliki tiga gunas: Satvic, Rajasik, dan Tamasik (Tiga sifat dasar manusia)