Memuja atau memaki Tuhan apa bedanya?

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Sangat jelas bedanya. Memuja Tuhan pasti akan disukai dan dipuji orang. Tetapi jika memaki-maki Tuhan pasti akan dihujat. Lucu sekali…….

Padahal keduanya sama. Tidak ada urusannya dengan orang lain. Semua adalah urusan pribadi. Mengapa ada orang marah dan bahkan ada yang menghujat: atheis atau kafir atau lainnya. Dimanakah korelasi antara orang tersebut marah dengan yang memaki Tuhan? Apa dia atau mereka adalah wakil Tuhan? Atau yang lebih ekstrim lagi sesungguhnya mereka menganggap dirinya Tuhan sehingga merasa sakit hati ketika ada yang memaki….

Jika mereka merasa bahwa yang dimaki adalah sesuatu yang dicintai sehingga perlu merasa marah, ini lebih lucu lagi. Sebegitu rendahkah mereka menganggap Tuhan sebagai sosok yang bisa dibela? Berarti ada keterpisahan antara Tuhan dan dia. Apa mungkin? Bagaimana bisa hidup dia jika berdiri di luar Tuhan? Bukankah orang tersebut merasa bisa berdiri sejajar dengan Tuhan? Karena hanya mereka yang sejajar atau merasa lebih tinggi bisa membela..

Saya masih senang saja berfilosofi tentang Tuhan, karena Tuhan bagi saya adalah sesuatu yang tidak jelas. Dan karena ketidak jelasannya, maka dengan gampang dikutak-katik. Sangatlah berbahaya jika saya memaki seseorang. Karena bisa dianggap mencemarkan nama baik. Dan hukum yang akan dihadapi. Tetapi memaki Tuhan, tidak ada hukumnya. Atau mungkin sudah ada aturannya bahwa Tuhan bisa dimiliki atau dibendakan sehingga bisa dibela?

Semua hanya emosi sesaat karena ketidak mampuan untuk melakukan doa. Doa yang paling tepat adalah memohon agar kita tidak dijauhkan dari rahmat Nya. Agar kita selalu diberi ingat bahwa tujuan utama kelahiran adalah penghapusan ego. Bukankah ego sebagai penghalang utama atau hijab pertemuan antara jiwa dan Sang Mahajiwa?

Ego adalah emosi sesaat yang sangat merugikan kita. Bagaikan gelombang laut. Sesaat ada sesaat tiada. Bagaikan awan di langit. Sesaat ada awan. Di lain saat, awan pun lenyap.  Dan berita gembiranya adalah bahwa hanya saat kehidupan inilah kita bisa menghapuskan ego. Jika sudah ada keterpisahan jiwa dari badan, hilang juga peluang emas untuk menghapuskan ego. Gunakanlah kesempatan hidup saat ini untuk berkarya selaras dengan semesta. Bukannya semakin membesarkan ego….

Selaras dengan semesta berarti berkarya demi kepentingan umum. Bukan demi golongan, kelompok atau diri sendiri. Ini akan memperbesar ego. Dan jika kita tetap saja berbuat seperti ini, kita telah mensia-siakan kehidupan sebagai anugerah untuk peningkatan kualitas jiwa.