Rekaman DNA

Semua tidak lepas dari rekaman masa lalu. Dalam DNA kita, sebagaimana beberapa hasil penelitian bahwa dalam diri manusia ada DNA yang merekam seluruh pengalaman semasa kehidupan dari awal sampai saat ini. Adanya rekaman yang sudah dilakukan oleh setiap orang DNA membuat timbulnya ketertarikan pada hal tertentu. Inilah sebabnya seseorang memiliki keunikan yang tidak sama antara satu dan lainnya. Obsesi kehidupan masa lalu dilanjutkan dalam bentuk melakukan pekerjaan pada kehidupan saat ini.

Tidak mungkin seseorang mengerjakan sesuatu yang dalam dirinya tidak ada rekam jejak perbuatan masa lalu. Karena seseorang lahir juga sebagai akibat obsesi masa lalu yang tidak terpenuhi. Misalnya saja, seorang pembuat pesawat terbang seperti Habibie. Tidak mungkin tidak ada rekaman masa lalu dalam DNA nya tentang pesawat terbang. Mengapa??? Wahana terbang bukan lah hal yang baru dikenal abad ini.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Jenis pesawat terbang sudah ada dari sejak lama, ribuan tahun yang lalu. Ini adalah rekam jejak pesawat terbang di masa lalu, masa Ramayana dan Mahabarata. Wahana terbang tersebut disebut Vimana (bahasa Sanskrit) atau Wilamana (Indonesia). Ini juga sebabnya tidak semua orang tertarik dalam teknologi wahana udara tersebut.

Dikaitkan dengan Sara Samucaya, Slokantara, dan Sevaka Dharma; ada keinginan yang kuat dari dalam diri para pujangga bijak penulisnya untuk membawa kembali warisan leluhur nusantara atau Sundaland ke induknya. Ada rekaman dalam diri Bhagavan Vararuci dan Sang Pujangga penulis Slokantara dan Sevaka Dharma tentang kearifan Sindhu di masa lalu. Atau kearifan Sundaland sebagai induk peradaban Sindhu di masa lalu. Silakan baca ini.

Alasan para bijak nusantara mengambil dari Sindhu/India

Dalam DNA para pujangga masa lalu, penulis Sara Samucaya, Slokantara, dan Sevaka Dharma ada rekaman budaya kearifan masa lalu. Dengan kata lain, sesungguhnya mereka pernah hidup di masa kearifan tersebut dibuat. Sehingga dalam memori DNA hal tersebut menjadikan satu kekuatan untuk menariknya kembali. Ini sebabnya para pujangga tertarik mencari hal yang sama dari Sindhu atau India.

Semua hanya kejadian berulang.

Bacalah pernyataan Ali Akbar, seorang arkeologi Situs Gunung Padang yang saya kutipkan dari buku Dvipantara Dharma Sastra, Anand Krishna:

‘(Manusia) mampu meraih peradaban yang sangat tinggi, yang dapat pula hancur atau berakhir seketika oleh bencana alam yang datang tiba-tiba. Dan, generasi atau masyarakat penerusnya mungkin tak dapat mencapai ketinggian yang sama yang diraih oleh para pendahulu mereka.

Oleh karena itu, selalu ada kemungkinan sebuah peradaban tinggi di masa lalu hancur, hilang dan ditemukan kembali atau dibangun oleh generasi berikutnya namun belum mencapai ketinggian yang sama.’