Seorang pembuat pensil menasihati “ciptaan”nya:

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

    1. Apapun yang kau lakukan meninggalkan bekas, maka waspadailah selalu lakumu;
    2. Seandainya terjadi kesalahan, ingat bahwa kau selalu bisa meralatnya;
    3. Apa yang ada di dalam mu itulah yang penting, badanmu hanyalah untuk melindunginya;
    4. Sepanjang hidupmu kau akan selalu mengalami “pengasahan”. Memang menyakitkan badanmu, tetapi memunculkan jiwamu supaya dapat melakoni hidup dengan semangat baru dan kesadaran yang kian tajam;
    5. Untuk menghasilkan karya terbaik, pasrahkanlah dirimu pada IA yang sedang menggunakanmu. Berserahlah pada apa yg hendak ditulisnya.  (Anand Krishna)

Itulah jiwa kita, bagaikan isi pensil. Apapun yang kita lakukan pasti meninggalkan bekas. Namun saat kematian tiba badan lenyap tanpa bekas. Tiada bereksistensi. Bagaikan gulungan ombak Tsunami. Menebar bencana. Namun ketika kembali ke samudra nan teduh, ia tiada bereksistensi.

Buatlah selalu goresan yang indah di muka bumi. Jiwamu akan tenang saat kembali ke Samudra Mahajiwa.

Jiwa yang terbungkus nafsu bendawi sangat menderita. Si mind berkuasa untuk mengembangkan intelegensia. Itulah kodratnya untuk menjadi manusia sempurna. Untuk meraih kesempurnaan hidup, setiap insan berpotensi mencapainya. Hanya diperlukan keberanian untuk merubah mindset dari mementingkan kenyamanan badani ke-kemuliaan jiwani.

Setiap kesalahan pasti terjadi dalam kehidupan. Bagaikan goresan pensil. Namun bisa diralat. Itulah yang disebut dosa. Setiap dosa bisa dimaafkan. Kata Jesus: “Sin no more” Taubah, jangan diulangi. Diperlukan uplifting kesadaran. Tiada dosa yang tidak dimaafkan, kepicikan manusia yang menutup maaf itu. Yang diperlukan adalah maaf dari dirimu sendiri. Maaf dari diri sendiri berarti kita berjanji untuk tidak mengulanginya. Janganlah fokus terus dalam penyesalan, tapi fokuskan energimu untuk melangkah ke depan yang lebih baik.

Badanmu hanya pembungkus jiwa. Janganlah terpengaruh dengan pujian dan cacian. Fokuskan pada pengembangan jiwa. Cacian dan pujia hanya bersifat sementara. Bagaikan awan di langit. Tampak indah sesaat, tiupan angin lewat, hilanglah bentuk keindahan awan. Seringkali kita menjadi budak lingkungan. Sejak kecil sudah dibentuk lingkungan. Demi mengikuti si tuan lingkungan kita, jiwa dikorbankan. Jiwa terpenjara dalam sangkar emas keduniawian. Jadilah tuan bagi dirimu sendiri. Jadilah manusia bebas. Kau lahir, hidup, dan mati sendiri. Orang lain paling hanya bilang kasihan, saat kau terjatuh. Tapi yang merasakan sakit, tetap kita sendiri.

Sepanjang hidup, jiwamu akan selalu diasah. Ego/mind mengalami suka dan duka. Bahagia dan susah. Kapabilitasmu untuk mengalihkan perhatian perlu diasah untuk selalu memilah dan memilih antara kemuliaan jiwa dan kenyamanan ragawi. Terimalah cacian dan pujian sebagai hal yang sama. Sesungguhnyalah jiwamu tidak terpengaruh dari ke duanya. Egomu yang terusik. Ego bukanlah jati dirimu. Bagaikan bayangan rembulan di waskom. Saat air beriak, bayangan rembulan bergerak. Tapi bulan tidak bergeming. Ego bukanlah jati dirimu……

Berserahlah pada kehendak Sang Pencipta. Jadilah alat Nya. Dengaan cara ini hidupmu akan bahagia. Fokuskan tujuan kehidupan sebagai pelayanan bagi sesama dan terhadap lingkungan. Berkarya selaras dengan lingkungan. Untuk itu, dibutuhkanstrong will dalam pemberdayaan diri….