Dungu

Dalam Bahasa Indonesia, yang disebut dungu adalah istilah bagi yang bebal dan tumpul otaknya. Dalam Bhagavad Gita ada Sloka yang menarik berkaitan kata dungu:

“Mereka para dungu itu – penuh dengan berbagai keinginan duniawi; tujuan mereka hanyalah kenikmatan surga; atau kelahiran kembali di dunia benda – untuk itulah mereka berkarya . Bermacam-macam ritus, upacara yang mereka lakukan, pun semata untuk meraih kenikmatan indrawi, dan kekuasaan duniawi.”  (Bhagavad Gita 02:43 by Anand Krishna)

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Mari kita simak video lengkapnya:

Tujuan Kelahiran

Tujuan kelahiran atau keberadaan kita di bumi bukanlah untuk menikmati berbagai kenikmatan indrawi. So, betapa kita amat sangat merugi bila menjadi orang yang tidak cerdas. Hanya menikmati kenyamanan indrawi. Kita melupakan bahwa dalam diri kita bersemayam sifat mulia atau sifat Ilahi.

Dengan mengejar kenikamtan indrawi berarti kita merendahkan kehadiranNya dalam diri kita. Dan kebanyakan, begitu kita mengejar kenyamanan indrawi tanpa sadar kita berbuat kekerasan. Tidak mengherankan juga bila yang disebut para dungu berarti ‘membebalkan’ diri sendiri.

Bukan orang lain yang membuat diri kita bebal otak. Sudah tahu tetapi tidak mau tahu, itulah arti sesungguhnya dungu.

Kitab Suci

Kitab suci tidak bisa menjadikan seseorang suci. Tetapi bila kita mau menjadi suci, kita harus melakoni yang ada dalam kitab tersebut. Itu pun sekarang harus disesuaikan atau diberikan makna sesuai dengan keadaan atau zaman. Banyak ritual yang bila kita renungkan kembali tidak bisa lagi diikuti.

Yang lebih parah lagi, banyak dari kita menempatkan kitab yang kita anggap suci sebagai berhala. Kita menyembah secara membuta terhadap kata orang. Ini berarti secara tidak langsung sesungguhnya kita menjadi penyembah berhala. Ini bisa juga disebut sebagai si bebal otak.

So, janganlah menjadi penyembah berhala kenikmatan indrawi. Kita menunjuk orang lain sebagai penyembah berhala karena mendewakan patung. Di lain pihak, tanpa sadar kita menjadikan kitab suci sebagai acuan untuk berbuat kekerasan dengan mengorbankan kehidupan yang sejatinya juga atas kehendak-Nya.

Mari kita senantiasa mengingatkan diri bahwa tiada sesuatu pun makhluk berada di atas bumi apabila Dia tidak menghendaki.