Banyak tontonan televisi memperlombakan anak. Sayangnya,perlombaan bagi  anak-anak tersebut tidak lagi sejalan dengan jiwa kanak-kanaknya. Mereka bukan lagi menjadi ajang kreativitas, mereka telah jadi korban ajang industri. Tentu yang dimaksudkan disini adalah industri untuk menghasilkan uang. Industri pertelevisian tampaknya bukan adu kreativitas tetapi adu industri untuk mengeruk uang. Inilah kemalasan.

Kita mesti memahami arti malas. Malas bukan sekedar hanya tidur dan makan. Malas belajar, tetapi malas yang memiliki arti melakukan tindakan yang hanya berbasis industri, uang. Industri untuk eksploitasi anak sebagai sumber pencaharian uang adalah industri,. Adalah tipe kemalasan. Malas berpikir. Mereka yang tampaknya kreatiif belum tahu apa arti kreatif yang sesungguhnya. To create adalah akar kata kreatif. Menciptakan sesuatu yang selaras dengan sifat alam. Sifat kanak-kanak adalah polos dan lugu. Tetapi, benarkah cara mengekspolitasi anak dalam perlombaan yang cenderung meniru perlombaan dewasa?

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Lihat yang kita tonton dalam acara sajian televisi. Ada lomba dakwah bagi orang dewasa. Ini wajar, karena mereka memahami apa yang disampaikan. Namun hal ini kurang tepat jika acara yang sama . namun bagi anak. Anak kecil disuruh berdakwah ala orang dewasa. Bukankah mereka seperti robot? Benarkah mereka mengerti yang diucapkan? Mungkin sebagian orang menjawab, mereka mengerti koq. Mari kita renungkan jawaban ini. Bukankah seumuran mereka masih senang bermain? Ini alami.

Agar tampaknya dianggap kreatif dan inovatif, dakwah yang biasanya diperlombakan untuk orang dewasa diterapkan pada anak-anak. Ini bukan kreatif. Ini bentuk kemalasan membuat suatu acara sebagaimana kejiwaan para peserta lomba. Sekedar mencontek dari lomba oang dewasa. Demikian juga cara berpakaiannya. Sama sekali bukan pakaian kanak-kanak yang lucu dan polos. Gemerlapan seperti pakaian orang dewasa. Dapat dipastikan bahwa anak-anak ini dilatih oleh orang dewasa. Dan orang dewasa pasti meniru gaya dewasa juga.

Pernahkah kita atau para pencetus ide ataupun orang tua yang mengikutsertakan anaknya dalam perlombaan tersebut berpikir bahwa pada saat yang sama, para penggemar paedofilia juga ikut menonton. So, siapa yang pantas dipersalahkan? Pencetus acara, orang tua atau para pelaku paedofil? Kita lupa kata bijak: ‘Kejahatan bukan saja perbuatan si penjahat, tetapi adanya kesempatan yang dibukakan oleh si tuan rumah.’

Anak tidak lagi berkembang sejalan dengan jiwa kanak-kanak tatkala sudah terlibat dalam dunia industri. Mereka sudah tercemar. Orang tua yang merasa bangga jika anaknya jadi juara. Mereka tidak sadar bahwa yang diperlombakan bukanlah untuk anak yang berjiwa kanak-kanak. Anak yang ikut dalam perlombaan yang sepantasnya diperuntukkan bagi orang dewasa terlah dicemari jiwa persaingan. Inikah anak yang kita dambakan?

Atau kita telah mengeksploitasi mereka untuk dapatkan pujian. Secara tidak sadar kita sedang membunuh jiwa kanak-kanak dalam diri mereka. Mereka berkembang tidak lagi selaras dengan dunia mereka. Kita telah mendorong mereka menjadi dewasa. Mereka matang secara karbitan. Kita tahu bahwa buah yang matang dikarbit akan berbeda rasanya dengan yang matang secara alami. Inikah kita???

Inikah dunia layar kaca yang tidak lagi memberikan pendidikan pada anak???

Inikah dunia industri yang lebih mementingkan uang daripada perkembangan anak???

Siapa yang patut disalahkan jika kemudian anak juga menjadi pemalas? Mereka akan berpikir bahwa mencari uang didunia hiburan ternyata mudah. Dan pada akhirnya, bisa terjadi mereka akan ‘melacurkan’ diri. Bukan bidang yang sesuai dengan potensi diri, namun demi uang jiwanya digadaikan.

Anak korban industri dunia hiburan….

Lomba menyanyi anak tetapi yang ditonjolkan bukan lagi lagu anak. Kebanyakan anak sekarang lebih bisa hafal lagu orang dewasa daripada lagu anak. Para pencipta lagu anak pun sudah semakin jarang. Mereka pikir, bukankah lebih menguntungkan menciptaan lagu bagi dewasa?

Dengan memperlombakan anak-anak pun sesungguhnya kita sedang menciptakan anak ajaib. Dalam arti anak yang tidak berkembang selaras dengan sifat alaminya…