Sangat lucu sifat dan karakteristik manusia. Betapa tidak, seseorang yang baru pulang mudik berkata dengan kesal: ‘Wah macet sekali perjalanan menuju Solo. 25 jam diperlukan untuk sampai tujuan’. Dengan enteng, sayapun menanggapi: ‘Bukankah tahun yang lalu juga demikian?’
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Itulah sifat manusia, lupa kesalahan tahun yang lalu. Setiap orang mengeluh kaena macet. Mereka lupa bahwa hal yang sama dilakukan berulang kali. Kita lupa bahwa tanpa mengalami macet tidak bakal ditemukan kelegaan dan kesenangan saat bertemu dengan kerabat. Bukankah ini seni meghadapi kehidupan?
Sayangnya kita juga seringkali lupa bahwa kita sudah hidup berulang kali. Kita lupa bahwa kehadiran di dunia untuk melepaskan keterikatan. Seandainya kita masih ingat penyebab kelahiran kita, kita pasti memperbaikinya. Dunia benda ini sesungguhnya bukanlah tempat kita selamanya. Sekedar singgah.
Tetapi masih saja kita betah tinggal di bumi ini. Masih saja tidak sadar bahwa agama sekedar jalan. Masih saja menganggap agama sebagai tujuan sehingga dipertahankan mati-matian. Kita masih saja lupa bahwa para malaikat tidak hanya faham bahasa manusia tertentu. Bukankah sebagai makhluk Allah mereka sudah dibekali bahasa universal, bahasa rasa. Namun masih saja kita bersikukuh bahwa mereka akan bertanya dengan bahasa manusia tertentu.
Keterikatan kita terhadap benda penyebab utama keberadaan kita di bumi. Namun sayangnya, masih saja kita mengagungkan harta benda, agama, tahta, dan wanita di atas segalanya. Kita masih saja menyembah 2 ‘ta’. Wanita, harta, dan tahta atau kekuasaan. Agama adalah bagian dari kekuasaan. Mengapa?
Karena dengan alasan agama banyak orang merasa paling baik. Masih ada orang menindas orang lain karena menganggap agamanya terbaik. Mereka lupa baik tidak seorangpun mampu menilai orang lain baik atau tidak. semua penilaian sekedar dari atribut luaran. Tiada seorangpun bisa menilai apa yang dipikirkan. Nilailah seseorang dari perilakunya, bukan dari agama yang dianutnya.
Selama agama masih jadi barang hiasan, selama itu pula agama dijadikan kedok untuk melaukan penindasan. Selama itu pula agama jadi alat kekuasaan untuk menghakimi orang lain. Semua masih berasal dari pemikiran ego. Masih saja menggunakan otak bagian kiri yang selalu berhitung untung dan rugi.
Kita masih saja lupa bahwa saat kita memiliki sifat jelousy dan keserakahan, kita berada dalam proses perusakan diri sendiri. Banyak sudah hasil penelitian yang dibuktikan secara ilmiah menunjukkan bahwa saat kita memaki berbuat serakah untuk mendzalimi orang lain, yang pertama rusak adalah diri sendiri.
Pkiran, ucapan, dan perilaku mementingkan diri sendiri tidak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh. Terbukti banya orang mengalami penyakit karena pikirannya selalu terisi hal yang tujuannya untuk menyakiti sesama atau makhluk sekitar. Alam sangat tahu bagaimana menghukum mansia yang mendzalimi orang lain dan lingkungan.
Hkamu Tuhan adalah hukum alam. Barang siapa berbuat dzalim terhadap sesama dan lingkungan sesungguhnya tidak perlu menunggu balasan saat setelah mati. Mereka dibalas secara instant. Inilah hukum ciptaan Tuhan. Hanya karena ketidaktahuan atau kesadaran kita msih saja menganggap bahwa ada hukuam setelan kematian…